NUSANTARANEWS.CO – Tantangan Israel untuk kembali memerangi Hizbullah tampaknya tidak mudah. Israel bisa saja kembali pulang tanpa kemenangan seperti perang para tahun 2006 lalu setelah dipukul mundur dan menghadapi perlawanan sengit pasukan Hizbullah selama 33 hari. Banyak tentara Israel tewas dalam perang ini sampai akhirnya pasukan Israel Defense Forces (IDF) memutuskan mundur. Sebab, Amerika Serikat kini justru menginvestasikan dana miliaran dolar untuk tentara Lebanon di tengah tuduhan Israel bahwa Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF) dikuasai Hizbullah.
Di samping itu, secara teknis Israel juga masih dalam status berperang melawan Suriah. Perang berhenti dengan gencatan senjata setelah tentara Israel berhasil merebut 1.200 kilometer persegi dari Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam perang enam hari ari tahun 1967 dan kemudian mencaploknya dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Selanjutnya, Israel memang tengah mati-matian menentukan geopolitiknya sendiiri di Timur Tengah. Salah satu upaya kerasnya ialah memerangi kelompok Hizbullah di Lebanon. Hanya saja, AS tampaknya tak mau terlalu ikut campur terhadap rencana Israel dan sudah berulang kali meminta bantuan AS, bahkan selalu ditolak sejak kepemimpinan Barack Obama.
Baca juga: Hadang Laju Hizbullah, Desember Israel Operasikan Jet Tempur F-35I
Saat ini, setelah kalah perang di Suriah, AS mulai menggeser kepentingan strategisnya ke Lebanon, negara di mana Hizbullah beroperasi. Bisa saja ini merupakan salah satu upaya Donald Trump membantu Israel memburu Hizbullah. Dan tak menutup kemungkinan, Lebanon bakal menjadi ‘Afghanistan baru’ di Timur Tengah dengan cara menempatkan militernya di sana.
Kendala yang mesti dihadapi adalah tuduhan Israel terhadap tentara Lebanon yang dianggap telah melindungi Hizbullah selama ini. Di sisi lain, Hizbullah telah masuk daftar organisasi teroris oleh Departemen Luar Negeri AS pada tahun 1997 silam. Dan sampai saat ini, Lebanon dan Israel juga secara teknis masih berperang.
Terbaru, AS mengirim dua pesawat tempur ringan A-29 Tucano untuk tentara Lebanon. Pengiriman ini sudah dilakukan pada Selasa (31/10) seperti dilaporkan Reuters, yang disebutkan sebagai langkah nyata dukungan AS terhadap tentara Lebanon.
Pesawat tempur ringan A-29 Tucano akan digunakan sebagai pesawat pengamatan bersenjata untuk meningkatkan kemampuan Angkatan Bersenjata Lebanon (LAF). Sialnya, Israel baru-baru ini menuduh militer Lebanon telah mendukung secara konvensional Hizbullah, kendati tuduhan ini sendiri dibantah otoritas tentara Lebanon. Tak hanya itu, Israel juga menuduh Hizbullah didukung penuh oleh Iran karena sesama penganut Muslim Syiah.
“Peningkatan secara signifikan kemampuan tempur LAF yang akan dibantu oleh pesawat ini semakin memperkuat militer Lebanon agar tetap menjadi kekuatan pemersatu nasional, dan sebagai benteng pertahanan melawan ekstremisme dan terorisme,” kata Duta besar AS, Elizabeth Richard.
Tak hanya pesawat tempur, AS juga diketahui telah menginvestasikan lebih dari 1,5 miliar dolar untuk keperluan pelatihan dan peralatan tentara Lebanon. AS juga secara aktif telah melatih lebih dari 32 ribu tentara Lebanon.
Elizabeth mengatakan, tahun ini saja AS akan menginvestasikan total 160 juta dolar untuk memperkuat militer Lebanon. Dan tak lama lagi, 4 pesawat tempur ringan Super Tucano akan dikirimkan AS lagi melengkapi dua pesawat sejenis yang telah dikirimkan.
Lantas bagaimana nasib rencana Israel menyerang Lebanon dengan dalih memburu Hizbullah tersebut? Ini menjadi menarik disimak pada perkembangan episode berikutnya. (ed)
Editor: Eriec Dieda/NusantaraNews