Khazanah

Rektor IAIN Tulungagung: Filsafat untuk Menangkal Dunia Perklenikan

kajian filsafat, iain tulungagung, khazanah filsafat, kelola pikiran
Conference on Contemporary Issues in Philosophy and New Islamic Civilization (CCI-PHONIC) 2018 pada Senin (19/11). (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, TulungagungKajian filsafat amat penting untuk mengantisipasi perubahan dan perkembangan zaman. Hoax yang begitu marak di era post truth dan juga dunia klenik yang kerap membelenggu cakrawala berpikir manusia dinilai dapat diatasi atau dilawan dengan penalaran yang sehat, tepat dan akurat melalui cara-cara filsafat.

Demikian disampaikan Rektor IAIN Tulungagung, Maftukhin saat membuka konferensi perdana bertaraf internasional di bidang filsafat yakni Conference on Contemporary Issues in Philosophy and New Islamic Civilization (CCI-PHONIC) 2018 pada Senin (19/11).

Maftuhin menambahkan khazanah filsafat sedemikian kaya dan berwarna, sehingga penting untuk dilakukan penggalian mendalam agar filsafat terus berkontribusi bagi kehidupan.

Situasi zaman menuntut kehadiran filsafat untuk semakin berperan dalam menyelesaikan berbagai persoalan bangsa,” katanya.

Baca juga: Alasan Mengapa Filsafat Kurang Diminati di Indonesia

Maftuhin menilai persoalan demi persoalan yang datang silih berganti saat ini, sesungguhnya berakar pada ketidakcakapan manusia dalam menata dan mengelola pikiran. Filsafat bagi alumni PP Lirboyo ini merupakan jalan atau gerbang utama bagi upaya menyelesaikan persoalan-persoalan yang berserak di tengah-tengah masyarakat.

Konferensi diikuti yang cukup langka ini diikuti oleh 320 peserta dengan pembicara dari sejumlah negara tetangga seperti Singapura dan Kamboja dan juga Indonesia. Isu-isu kontemporer kefilsafatan dipertajam dalam sejumlah diskusi pararel yang dikelompokan dalam empat kajian filsafat di antaranya Philosophy of Education and Literature, Philoshopy of Islamic Economic and Civilization, Philosophy of Islamic Law and Humanities dan Philosophy of Relegion and Social Science.

Direktur Pascasarjana IAIN Tulungagung, Akhyak mengatakan dosen sebagai lokomotif utama dalam pengembangan akademik di kampus harus memiliki kesadaran moral intelektual untuk kembali mengaktualisasikan dan mengkontekstualisasikan filsafat diberbagai dimensi kehidupan.

Akhyak berharap CCI-PHONIC dapat terselenggara setiap tahun, agar penggalian mutiara filsafat itu dapat menjawab pelbagai tantangan peradaban.

Mulia Ardi, selaku moderator mengatakan paper-paper yang dibahas dalam sesi paralel yang berjumlah 97 judul akan diterbitkan dalam International Conference Procedding of Conference on Contemporry Issues in Philosophy and New Islamic Civilization (CCI-PHONIC) 2018 untuk menandai torehan tinta sejarah ilmu pengetahuan.

Hadir pembicara dari mancanegara Nek Mah Batri (Singapore), Mohammad Zein Musa, (Cambodia). Dan dari dalam negeri tampil di antaranya Mujamil Qomar, Maftukhin, Akhmad Rizqon Khamami dan Zaini Fasya.

(rb/rb)

Editor: Ani Mariani

Related Posts