NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Momentum akhir tahun dimanfaatkan Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) DKI Jakarta dengan menggelar diskusi publik bertemakan Islam Kepemimpinan dan Kebhinekaan dalam Menjaga NKRI, di kawasan Salemba, Jakarta Pusat.
Diskusi ini mengundang beberapa narasumber dari berbagai elemen masyarakat dan pakar di bidangnya masing-masing. Acara yang dimulai sekitar pukul 14.00 WIB ini berjalan dengan lancar dan cukup kondusif serta terlihat peserta aktif memberikan tanggapan diskusi.
Dalam pernyataannya, Ketua Umum PMII DKI Jakarta Daud Azhari mengatakan bahwa acara ini diselenggarakan sebagai salah satu cara memperkuat dan mempererat hubungan antar kader se-DKI Jakarta.
“Agenda diskusi ini juga kami adakan sebagai salah satu langkah mempererat hubungan antar kader DKI Jakarta dalam konteks memperkuat, menanamkan serta menginternalisasikan nilai aswaja yang ada di organisasi kita. Nilai aswaja itu sangat penting dalam menjaga keutuhan NKRI. Dalam hal berbangsa dan bernegara nilai aswaja ini sangat penting dimiliki oleh setiap kader PMII DKI Jakarta,” kata Daud, (27/12).
Dalam diskusi tersebut juga terlihat hadir Ketua Mabinda PMII DKI Jakarta Sudarto, Nurhasanuddin salah satu narasumber, Intelektual Muda Nahdhatul Ulama Abdul Ghofur, La Radi Eno Ketua LBH PB PMII, Karyono Wibowo Pengamat Politik, serta beberapa tokoh dan tamu undangan lainnya.
Karyono Wibowo salah satu pengamat politik. Dalam paparannya dia menyampaikan bahwa kader PMII DKI Jakarta harus konsisten dalam berideologi. Ini adalah modal awal dalam menjaga keutuhan NKRI. Dalam hal berbangsa dan bernegara ideologi aswaja adalah harga mati.
“Aswaja sebagai ideologi adalah modal dalam menjaga keutuhan NKRI,” ujar Karyono.
Isu sara dan intoleransi juga menjadi perhatiannya. Direktur Indonesia Public Institute (IPI) ini mengatakan bahwa siapapun harus menangkis isu sara dan intoleransi karena ini yang dapat memecah NKRI.
“Untuk urusan sara dan intoleransi harus terus dikawal karena ini sangat rentan dan mudah memecah belah. Dalam urusan berbangsa dan bernegara juga kita harus tetap konsisten berideologi,” ujarnya. (Robiatul Adawiyah)
Editor: Romandhon