KhazanahLintas NusaOpiniSpiritual

Rakyat Aceh Harus Waspadai Musuh Yang Mengancam Syari’at Islam

Rakyat Aceh Harus Waspadai Musuh Yang Mengancam Syari'at Islam
Rakyat Aceh Harus Waspadai Musuh Yang Mengancam Syari’at Islam

Rakyat Aceh Harus Waspadai Musuh Yang Mengancam Syari’at Islam

Rakyat Aceh wajib mewaspadai gerakan yang mengancam eksistensi Syari’at Islam di Aceh. Gerakan ini lambat namun pasti bergerak sejak 1511 Gerakan penghancuran Aceh yang islami dilakukan oleh musuh-musuh Islam namun saat itu Aceh sangat kuat dibawah pemerintahan Sultan Ali Mughayat Syah (1511-1530).
Oleh: Mawardi Usman

Sejak dahulu kala adat dan syari’at di Aceh tidak terpisahkan. Istilah yang dikenal adat dengan syariat bagaikan zat dengan sifat. Sultan Syamsu Syah (1475-1511) Ayahanda Sultan Ali Mughayat Syah yang pertama kali mengeluarkan dekrit Aceh Islam bahwa segala adat budaya yang bertentangan dengan lslam harus dihilangkan atau kalau adat masih bisa dimodifikasi maka boleh dimodifikasi sehingga adat sesuai dengan syariat Islam.

Selama ratusan tahun Aceh menjadi kawasan Islam yang taat dan kuat di pintu masuk Selat Malaka yang strategis. Sehingga tidak mengherakan bila sejak dulu Aceh selalu mendapat serangan tanpa henti.

Baca Juga:  Peduli Sesama, Mahasiswa Insuri Ponorogo Bagikan Beras Untuk Warga Desa Ronosentanan

Paaing mutakhir mungkin ketika terjadi kehebohan terkait aplikasi Kitab Suci Aceh yang berisikan kitab suci agama non Islam dalam bahasa Aceh sehingga menimbulkan kemarahan masyarakat Aceh.

Sejak dulu hingga akhir zaman Aceh adalah Islam. Oleh karena itu, kepada pihak-pihak yang ingin merusak Islam di Aceh agar mundur atau akan ada akibatnya. Masyarakat Aceh selalu bersabar, namun kesabaran Rakyat Aceh ada batasnya.

Bahwa memang ada program pemusnahan sejarah Aceh, pedangkalan akidah, dan lain sebagainya yang saling berkorelasi. Seperti rencana pemusnahan makam Raja-raja dan Ulama di Gampong Pande – yang akan dijadikan tempat pembuangan tinja. Jelas hal ini adalah upaya pemutusan sejarah asal-usul Islam di Aceh.

Bukan itu saja, kejadian yang sama, boleh dikatakan sebagai pelecehan terjadi terhadap makam Sultan Jamalul Alam Badrul Munir Jamalullail (1703-1726) yang di samping makan dibangun WC dan hotel – sehingga melenyapkan kewibawaan Sultan Ulama dan juga Habib. Tindakan ini terlihat acak, tapi memiliki korelasi yang kuat dan sistematis untuk melenyapkan eksistensi syari’at Islam di Aceh.

Baca Juga:  Kebutuhan Energi di Jawa Timur Meningkat

Dayah Rakyat Aceh tahu sekali upaya-upaya sistematis tersebut. Karena itu sekali lagi, Rakyat Aceh jangan lengah dan selalu waspada untuk tetap berjuang mempertahankan warisan Islam yang sudah ratusan tahun dari generasi ke generasi. (ed. Alya Karen)

Penulis: Mawardi Usman, Ketua Peusaba.

Related Posts

1 of 3,049