PSI Sebut Prabowo-Sandi Pelaku Usaha dan Ekonomi Kebodohan

prabowo-sandi, media sosial, media informasi, perang informasi, perang media sosial, pilpres 2019, media digital, kampanye media, nusantaranews
Pasangan capres-cawapres 2019, Prabowo Subianto-Sandiaga Solahuddin Uno. (Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Juru Bicara Ekonomi, Industri dan Bisnis Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Rizal Calvary Marimbo menyebut pasangan capres-cawapres nomor urut dua pelaku usaha dari ekonomi kebodohan.

“Coba ditelisik saja bisnis dari keduanya. Keduanya kan berbisnis dari masuknya dana-dana asing. Semacam makelar. Singkat kata sebagai perantara atau makelar bagi investor asing,” ujar Rizal melalui keterangan tertulis yang diterima redaksi, Jakarta, Senin (15/10/2018).

Dia mengatakan, bisnis Prabowo Subianto disebut-sebut terkait dengan keluarga Rothschild dilakukan melalui adiknya Hashim Djojohadikusumo. “Hashim sendiri merupakan pendiri Arsari Group yang berkantor pusat di Mid Plaza (Intercontinnental Hotel),” katanya.

Keluarga bapak Prabowo dekat dengan bos-bos penguasa tambang dunia baik dari Rusia seperti bangsawan Rusia Oleg Deripaska dan Reuben Brothers, investor Yahudi global asal London dan Robert Friedland, seorang Yahudi pemain tambang legendaris asal AS,” sebutnya.

Baca juga: Dinasti Rockefeller Siap Berinvestasi Ke Energi Terbarukan

“Dari Robert Friedland penguasa tambang emas dan tembaga raksasa di kawasan Mongolia ini Hashim berkenalan kepada Nat Rothschild. Dari sinilah keluarga Prabowo dikait-kaitkan dengan upaya Nat Rothschild untuk menguasai tambang-tambang di Indonesia. Jadi siapa yang……..,” tambah Rizal.

Hal yang sama juga dengan Sandi, katanya. Ditambahkannya, Sandi juga merupakan perpanjangan tangan asing dalam merebut perusahaan-perusahaan dan aset-aset di Indonesia.

Baca juga: Permainan Smoke and Mirrors Presiden Jokowi

“Silahkan telisik aliran-aliran dana asing yang masuk ke perusahaan-perusahaan mereka. Jadi siapa yang sebenarnya yang mempraktikan ekonomi kebodohan. Siapa sebenarnya yang menjadi perpanjangan tangan asing,” ucap Rizal.

Sebagaimana diketahui sebelumnya, dalam pidatonya di Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII), Kamis (11/10) itu, Prabowo menyebut, indikator pertama bahwa Indonesia sedang menjalankan ekonomi kebodohan adalah sejak 1997 hingga 2014, kekayaan Indonesia yang hilang dan dinikmati asing mencapai 300 miliar dollar Amerika Serikat.

Rizal mencurigai Prabowo mendapat masukan yang keliru soal ekonomi Indonesia. Pasalnya, data yang sebenarnya menunjukan investasi asing di Indonesia tidak semasif negara-negara Asean lainnya. Data dari Laporan Investasi Dunia UNCTAD menyebutkan, persentase rata-rata penanaman modal asing langsung di Indonesia terhadap total Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) pada kurun 2005-2010 dan 2011-2016 tidak pernah lebih dari 6 persen alias hanya berkisar 5,6 persen dan 5,7 persen.

Baca juga: PSI: Jangan-jangan Tim Ekonomi Prabowo-Sandi Bodoh-bodoh

Jika dibandingkan dengan Vietnam, besarannya bahkan empat kali lipat lebih besar dari Indonesia dengan persentase sebesar 20,4 persen pada 2005-2010 dan 23,2 persen pada 2011-2016.Adapun, Malaysia persentasenya mencapai 13,6 persen dan 14 persen. “Jadi pandangan Prabowo itu hanya asumsi-asumsi yang dasarnya lemah. Datanya sebaliknya,” ucap Rizal.

Rizal mengatakan, justru di era Jokowi pemerintah merebut aset-aset yang selama ini dikuasai asing.

“Misalnya, kepemiliikan 51 persen saham Freeport. Selain itu, Blok Rokan yang merupakan penghasil minyak terbesar juga telah dikelola oleh Pertamina 100 persen. Ini baru terjadi pada zaman Jokowi. Justru Freeport dulunya secara bulat dan utuh diberikan oleh mertua Prabowo kepada pihak asing. Sekarang sudah direbut oleh Jokowi,” ujar politisi PSI ini.

Baca juga: Politik Luar Negeri Jokowi di ASEAN Dinilai Hanya untuk Mencari Investasi dan Utang

(gdn/wbn/bya)

Editor: Gendon Wibisono & Banyu A

Baca juga: Rupiah Terus Melemah dan Utang Luar Negeri Menumpuk, Negara Mau Dibawa ke Mana?

Exit mobile version