EkonomiPolitik

Rupiah Terus Melemah dan Utang Luar Negeri Menumpuk, Negara Mau Dibawa ke Mana?

kurs rupiah, anggawira, rupiah melemah, pelemahan rupiah, kemiskinan, kesenjangan, utang negara, utang pemerintah, jokowi gagal, utang luar negeri, nilai tukar rupiah, nusantaranews
ILUSTRASI – Rupiah. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dalam sepekan nilai tukar rupiah terhadap dolar berada pada level nyaris Rp 14.500. Pada Selasa (24/7) lalu rupiah terpuruk hingga tembus angka Rp 15.520. Dan pada Kamis (26/7) pagi, rupiah dibuka di level Rp 14.437 per USD. Dengan kondisi moneter seperti ini diperkirakan jumlah utang luar negeri Indonesia semakin menumpuk.

Politikus Partai Gerindra, Anggawira menyatakan prihatin dengan kondisi rupiah yang terus melemah. Menurutnya, ini sekaligus membuktikan bahwa negara telah gagal menyejahterakan rakyat.

“Kemiskinan terus bertambah, kesenjangan semakin melebar, sementara utang kita kian menumpuk, sungguh saya sangat prihatin. Negara telah gagal membawa rakyatnya sejahtera,” kata Anggawira dikutip dari keterangan elektronik, Kamis (26/7).

Ia mencatat rilis Bank Indonesia pada April 2018 saja, dengan kurs Rp 14.000 per dollar Amerika Serikat (AS) utang luar negeri Indonesia sudah mencapai 356,9 miliar dollar AS setara 4.996,6 triliun. Dan saat ini, dengan kurs Rp 15.000 utang luar negeri Indonesia makin bertambah hingga 5.353,5 Triliun.

Baca Juga:  Kawal Suara Prabowo-Gibran di TPS, Projo Jatim Siapkan 250 Ribu Kader

Anggawira menyebutkan jika utang luar negeri Indonesia yang sebesar 5.353,5 triliun itu ditanggung oleh rakyat Indonesia, yang berdasarkan data sebanyak 265 juta jiwa maka tiap orang akan ketiban utang sebesar Rp 20,2 juta.

“Negara ini mau dibawa kemana? Bayangkan tiap orang di negeri ini ketiban utang sebanyak 20,2 juta rupiah. Sementara sekitar setengah penduduknya berpengeluaran kurang dari 20 ribu rupiah per hari,” kata Anggawira yang juga Wakil Ketua Dewan Pengurus Daerah (DPD) Partai Gerindra Jawa Barat.

Ia pun kemudian mengajak kepada semua elemen untuk melakukan aksi keprihatinan bersama terutama aktivis 98 dimana mereka mengalami kondisi krisis.

“Saatnya kembali melakukan solidaritas bersama, memikirkan jalan keluar. Terutama kepada sahabat-sahabat aktivis yang tak tergerus idealismenya. Saat ini kembali krisis,” katanya. (red/nn)

Editor: Banyu Asqalani

Related Posts

1 of 3,066