NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Kejadian kekerasan yang dilakukan protokoler Kementerian PUPR terhadap jurnalis Rakyat Merdeka Online (RMOL) langsung menjadi viral. Kabar perlakukan tidak terpuji oleh protokoler Kementerian PUPR tersebut ternyata sudah sampai ke telinga Menteri PUPR Basuki Hadi Muljono.
Basuki mengaku meminta maaf atas kejadian tersebut. “Astaghfirullah, atas nama Kementrian saya mohon maaf semoga hanya karena salah paham,” ujarnya melalui pesan SMS ke wartawan, Rabu (31/5/2017) malam.
“Ini akan menjadi pelajaran bagi kami semua. Saya juga mohon untuk tidak diperpanjang,” ucap Basuki.
Sebagai solidaritas Ikatan Jurnalis Lintas Media (IJLM) dan tidak sedikit juga komunitas dan forum wartawan mengecam tindakan kekerasan tersebut. Ketua IJLM, Riman Wahyudi melalui keterangan tertulis menegaskan, mendesak agar pihak kepolisian segera mengusut tuntas tindakan arogan tersebut.
“Hari ini kita mendapat kabar terjadinya tindak kekerasan terhadap wartawan yang melakukan Peliputan di Kementerian PUPR. Kami mengutuk keras tindakan arogan orang yang diduga pegawai Kemen PUPR yang melakukan tindak kekerasan dengan cara mencekik dan penghinaan ‘Monyet’,” kata Wahyu.
Namun permintaan maaf Menteri Basuki dianggap belum cukup oleh para jurnalis yang sering mengalami kekerasan serupa dan menganjurkan agar masalah ini tetap diproses secara hukum.
Sebelumnya, diberitakan, kejadian berlangsung di Ruang Serbaguna lantai 17, Gedung Utama Kementerian PUPR, setelah adzan magrib tadi. Ketika itu Menteri Basoeki Hadimoeljono hendak membagi-baikan plakat di acara pengukuhan pengurus Badan Kejuruan Teknik Lingkungan Persatuan Insinyur Indonesia periode 2017-2020.
Saat itu, Bunaiya Fauzi selaku jurnalis RMOL mengaku hendak memfoto menteri. Di saat bersamaan, seorang petugas protokoler memintanya minggir karena hendak menaruh gelas. Bunaiya yang sedang menjalankan tugas meminta izin untuk mengambil foto lebih dahulu sebelum menyingkir. Tetapi, kata makian yang ia dapat.
“Saya bilang sebentar Bang belum dapat foto bagus. Tapi orang protokol PUPR itu bilang ‘monyet nih anak’ dan dicekik,” kata Bunaiya.
Reporter: Richard Andika
Editor: Romandhon