NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dalam rangka meningkatkan perekonomian negara, Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman, menyampaikan bahwa saat ini pemerintah terus berusaha untuk meningkatkan pendapatan negara melalui ekspor berbagai komoditi strategis. Menurut Amran, Pemerintah saat ini tengah mengupayakan ekspor produk pertanian, termasuk daging ayam olahan ke luar negeri.
“Alhamdullillah saat ini produk ayam olahan kita sudah bisa menembus pasar Papua New Guinea. Kiriman perdana akan kita lepas dengan total barang yang akan diekspor yaitu sebanyak 1000 carton, dengan berat bersih 5.999,25 kgs (1 container ukuran 20 feet). Mudah-mudahan berikutnya segera dapat kita realisasikan ekspor produk-produk peternakan lainnya ke Jepang dan Vietnam yang saat ini sedang dalam proses,” ungkapnya seperti dikutip dari siaran pers yang diterima Nusantaranews, Jakarta, Rabu (15/3/2017).
Amran menjelaskan, produksi ayam ras nasional di Indonesia saat ini mengalami surplus dengan konsumsi masyarakat terhadap daging ayam sekitar 10 kg/kapita/tahun. Berdasarkan data Statistik Peternakan tahun 2016, populasi ayam ras pedaging (broiler) mencapai 1,59 miliar ekor, ayam ras petelur (layer) mencapai 162 juta ekor dan ayam bukan ras (buras) mencapai 299 juta ekor atau mengalami peningkatan sekitar 4,2% dari populasi pada tahun 2015. Produksi daging unggas menyumbang 83% dari penyediaan daging nasional, sedangkan produksi daging ayam ras menyumbang 66% dari penyediaan daging nasional.
Berdasarkan informasi dari masyarakat perunggasan, industri perunggasan ayam di Indonesia dapat menyediakan produksi daging ayam ras berapapun jumlah yang diminta oleh pasar. Oleh karena itu, peningkatan populasi ayam ras ini harus diimbangi dengan seberapa besar kebutuhan atau permintaan untuk menghindari terjadinya penurunan harga akibat over supply daging ayam. “Kita terus dorong pelaku usaha perunggasan untuk dapat berdaya saing dan meningkatkan ekspornya,” ujar Amran.
Hal ini, lanjut Amran, tentunya selain untuk meningkatkan Gross Domestic Product (GDP) Indonesia, juga sekaligus dapat menyelesaikan kendala yang dihadapi oleh masyarakat perunggasan di Indonesia saat ini yaitu harga ayam hidup dan daging ayam yang sangat berfluktuasi.
“Oleh karena itu, salah satu upaya untuk mengendalikan harga ini adalah dengan membuka pasar di luar negeri. Kita harapkan para pelaku industri perunggasan dapat menjual produk daging ayamnya ke pasar di luar negeri, sehingga pasar dalam negeri dapat diisi oleh peternakan unggas rakyat,” katanya.
Ekspor yang dilakukan oleh PT. Charoen Pokphand Indonesia (CPI) dalam bentuk daging ayam olahan (nugget, sosis dan bakso) yang telah melalui proses pemanasan ≥ 70oC selama ≥ 1 menit. Beberapa negara belum dapat menerima daging ayam segar dingin dan beku karena Indonesia belum bebas penyakit AI (Avian Influenza). (DM)
Editor: Romandhon