NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – “ProDEM mengutuk keras penyerangan secara biadab terhadap saudara Hermansyah, kami bersimpati dan berdiri bersama-sama untuk menghadapi semua pihak yang akan membungkam kebenaran,” seru Satyo P selaku Sekretaris Jenderal ProDEM di Jakarta, Senin (10/7/2017).
Satyo menyampaikan bahwa, Hermansyah adalah salah satu ahli IT yang berhasil membongkar kasus chat mesum Rizieq Shihab yang menurutnya penuh dengan rekayasa dan kebohongan. Disamping itu, Hermansyah juga dengan gamblang menjelaskan bahwa chat antara Rizieq Shihab dan Firza Husein yang adalah “asli tapi palsu”.
Hermansyah kemudian mensimulasikan bagaimana seseorang dapat melakukan hacking secara mudah dengan teknologi yang ia sebut sebagai SS7 Signaling yang dapat mengambil alih verification code pengguna aplikasi Whatsapp (WA). Hermansyah meyakini, bahwa akun WA milik Rizieq Shihab diambil alih oleh seseorang dengan teknologi ini dan seakan-akan dia melakukan chat mesum dengan orang lain yang belakangan diakui sebagai akun WA Firza Husein.
“Bagi Hermansyah, teknologi SS7 sangat mungkin untuk melakukan pembajakan akun WA milik orang lain dengan memanfaatkan kelemahan aplikasi WA, seperti yang terjadi pada kasus chat mesum Rizieq-Firza,” tutur Satyo.
Ia mengungkap, keberadaan Hermansyah yang pernah diminta menjadi saksi ahli dalam kasus chat mesum Rizieq Shihab, kemudian berhubungan atau tidak dengan kejadian penyerangan dan penganiayaan secara brutal dijalan yang menimpa dirinya beberapa saat yang lalu, dimana segerombolan orang hampir-hampir saja membuat pakar telematika ITB ini terbunuh.
“Motif apa sesungguhnya yang membuat kegilaan para penyerang itu hingga sampai berbuat nekat diluar akal sehat, melukai dan membacok dosen ITB tersebut. Jika benar bahwa hanya soal serempetan mobil yang menjadi pemicunya, ini jelas merupakan aksi jalanan yang mengerikan dan termasuk kategori terorisme,” ujarnya.
Sebab, kata Satyo, mereka membawa dan sepertinya sudah menyiapkan senjata tajam atau air keras seperti yang menimpa Novel Baswedan sehingga menebarkan ketakutan kepada setiap orang dan pada akhirnya kepada seluruh masyarakat Indonesia.
“Aksi teror ini sungguh telah membuat banyak orang pada akhirnya merasa ketakutan. Karena begitu mudahnya kekerasan terjadi hanya lantaran persoalan-persoalan sepele. Bangsa ini benar-benar berada pada kondisi degradasi moral yang luar biasa hebat padahal di tengah ekspektasi masyarakat terhadap banyak jaminan keamanan dari penguasa,” hemat Satyo.
Pihaknya menilai jika, aksi Terorisme bisa ada dimana-mana, menyebarkan ketakutan kepada masyarakat, bisa di rumah, di jalanan, bahkan di tempat ibadah sekalipun. Penciptaan teror ketakutan kepada masyarakat yang entah kapan dapat terselesaikan. Kasus geng motor, perampasan dengan kekerasan, premanisme jalanan, yang sepertinya menganggap sangat tidak berharganya nyawa manusia.
“Hal ini akan menjadi sejarah kelam bangsa kita ketika serentetan kasus teror yang menebarkan ketakutan kepada masyarakat tak kunjung berkurang malah bertambah,” ujarnya.
Karena itu, ia menegaskan bahwa, sudah saatnya bagi Polri untuk melibatkan DENSUS 88 yang terkenal “jago” memburu Teroris untuk menangkap orang-orang yang terlibat penyerangan Hermansyah dan Novel Baswedan serta mengungkap motif mereka tanpa tebang pilih. Sebab, terorisme jelas adalah segala upaya apapun yang membuat orang lain ketakutan dan terancam jiwanya, terlebih nyata-nyata dilakukan dengan cara kekerasan yang brutal seperti yang menimpa Hermansyah.
“Jangan sampai kengerian masyarakat terus bertambah dengan maraknya aksi-aksi teror yang datang silih berganti hampir setiap waktu. Bagi Ppolri berbuatlah yang terbaik untuk negeri ini. Karena aksi teror jelas buruk dan harus terus dilawan,” tegas Satyo mengakhiri.
Pewarta/Editor: Achmad Sulaiman