Presiden Trump Cabut Perjanjian Nuklir Iran

Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khameini/Foto thebaghdadpost.com
Presiden AS Donald Trump dan Pemimpin Spiritual Tertinggi Iran Ayatullah Ali Khameini/Foto thebaghdadpost.com

NUSANTARANEWS.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat Donald Trump akhirnya bersikeras menarik diri dari perjanjian nuklir Iran yang dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA) yang ditandatangani pada tahun 2015 silam. Artinya, AS akan kembali menjatuhkan sanksi ekonomi atas Iran.

“Kesepakatan ini seharusnya tidak pernah dibuat. Jelas bagi saya bahwa kami tidak dapat mencegah bom nuklir Iran di bawah struktur yang busuk dan bobrok dari perjanjian saat ini. Perjanjian nuklir Iran pada intinya rusak,” kata Trump dikutip Reuters, Rabu (9/5/2018).

Presiden Trump sendiri mengklaim kesepakatan nuklir Iran itu tidak menguntungkan AS sehingga membuat dirinya harus menandatangani perintah untuk penarikan diri AS dari perjanjian internasional tersebut, yang diperkuat oleh resolusi Dewan Keamanan PBB.

Kantor berita IRIB melaporkan, sebagaimana dikutip Iran Corner menyebutkan Presiden Trump juga menuding Iran melakukan intervensi di negara-negara Timur Tengah dan mengklaim bahwa dengan kesepakatan itu, Tehran berada di titik puncak untuk memperoleh senjata paling berbahaya di dunia.

Baca juga:
AS Akan Membom Reaktor Nuklir Iran?
Uni Eropa Mendesak Washington Menegakkan Kesepakatan Non-Proliferasi Nuklir Iran
Iran Peringatkan AS: Kami Bisa Lanjutkan Pengayaan Uranium 20 Persen Kurang dari 48 Jam
AS dan Israel Telah Sepakat Bentuk Tim Gabungan untuk Menyerang Iran

Uni Eropa sebetulnya telah melakukan berbagai upaya untuk menghentikan niat Presiden Trump ini sebelumnya. Tak kuran Inggris, Perancis dan Jerman berulang kali membujuk Trump agar tak mengkhianati perjanjian tersebut karena penting untuk perdamaian dunia.

Seperti diketahui, Iran dan lima anggota tetap Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa – Amerika Serikat, Inggris, Prancis, Cina dan Rusia – plus Jerman telah menandatangani kesepakatan nuklir yang dikenal dengan JCPOA pada 14 Juli 2015 dan mulai diterapkan pada 16 Januari 2016. Perjanjian tersebut berisikan penghentian kegiatan nuklir Iran dengan imbalan memberikan manfaat ekonomi yang nyata kepada Iran.

Setelah menyatakan mundur dari perjanjian nuklir Iran, Presiden Trump mengatakan AS siap merundingkan kesepakatan baru dengan Teheran, andai negara itu bersedia.

Sedangkan bagi Eropa, keputusan Trump merupakan pukulan tersendiri dan mereka harus membuat pilihan yang sulit apakah tetap memegang teguh kesepakatan nuklir Iran atau mengikuti langkah Amerika Serikat.

Pengunduran diri AS dari kesepakatan internasional dengan Iran ini dinilai meningkatkan konflik di Timur Tengah, membuat kecewa sekutu Eropa dan menebar ketidakpastian atas pasokan minyak global.

Berbicara kepada Sputnik, seorang spesialis kebijakan keamanan nasional AS Gareth Porter mengatakan bahwa dengan mundurnya AS dari kesepakatan nuklir Iran membuat situasi semakin tidak pasti dan resiko perang semakin meningkat. (red)

Editor: Eriec Dieda

Exit mobile version