Politik

Politisi PPP Sebut Ada Misi Profetik di Balik Keharusan Kaum Muda Berpolitik

Politisi PPP Idy Muzayaad (Kanan) bersama Ketua Umum DPP PPP M Romahurmuziy. (FOTO: Dok. Pribadi/Istimewa)
Politisi PPP Idy Muzayaad (Kanan) bersama Ketua Umum DPP PPP M Romahurmuziy. (FOTO: Dok. Pribadi/Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Tahun politik di tanah air kali ini tampak semakin bergairah dengan lahir dan hadirnya kaum muda yang terjun ke dunia politik. Ada harapan segar di masa depan untuk kemajuan Indonesia jika posisi-posisi strategis diduduki kaum muda. Di dunia aktivis, kehendak lahirnya perubahan kepemimpinan di Indonesia sudah sering diungkapkan dan di tahun politik 2018-2019 ini kehendak tersebut nyaris menjadi kenyataan.

Pertanyaanya adalah seberapa pentingkah kehadiran kaum muda di dunia politik. Cukupkan kehendak dan hasrat tanpa pengalaman menjadi modal untuk aktif dalam dunia politik praktis? Mampukah kaum muda mengembang amanat konstitusi yang diberikan? Selain itu, bagaimana dengan kaum muda yang masih apatis bahkan sinis dengan piolitik?

Politisi Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Idy Muzayyad dengan kesadaran penuh menjelaskan mengapa kaum muda mesti ikut ambil bagian dalam politik. Bagi Idy, pada dasarnya politik adalah inti dari penentuan kebijakan negara dalam segala bidang, baik birokrasi pemerintahan, pendidikan, kebudayaan, perdagangan, hukum, kemanan, sampai pariwisata sekalipun.

Baca Juga:  Gambarnya Banyak Dirusak di Jember, Gus Fawait: Saya Minta Maaf Kalau Jelek Gambarnya

Politik, kata dia, bukanlah tujuan (ghoyah) melainkan perantara (washilah) untuk menciptakan kesejahteraan rakyat dan bagi PPP untuk memperjuangkan kepentingan umat (Islam) serta warga bangsa semesta.

Idy juga menyebut bahwa, partai politik secara faktual merupakan pilar utama dalam sistem demokrasi. Demokrasi tidak akan berjalan tanpa keberadaan partai politik sebagai sarana penentuan policy arah kehidupan bermasyarakat dan bernegara, sekaligus rekrutmen kepemimpinanan bangsa.

“Kaum muda saat ini banyak yang mengalami apatisme politik bahkan sinisme berpolitik, yang disebabkan adanya pragmatisme politik serta degradasi keluhuran politik. Politik tereduksi menjadi ajang pertarungan kekuasaan dan mencari keuntungan finansial melalui jabatan tertentu,” kata Idy melalui keterangan resminya di Jakarta, Senin (31/12/2018).

Idy menilai hal tersebut terjadi lantaran dunia politik ternodai oleh kasus-kasus politik (korupsi, moral, kekerasan, dll) yang menyebabkan stigma negatif politik sebagai hal yang; kotor, najis, memuakkan sehingga patut dijauhi. “Eksposure media menambah ‘nuansa horor’ politik sebagai dunia kegelapan dengan segenap hantu-hantu menakutkan,” ujar Mantan Wakil Ketua Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) itu.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024, Gus Fawait: Bukti Pemimpin Pilhan Rakyat

Padahal, kata dia, politik tidaklah demikian adanya. “Ibarat mau membasmi tikus jangan dengan cara membakar lumbung, seharusnya kebencian terhadap sebagian pelaku politik (politisi) busuk tidak sampai pada penghancuran politik secara umum. Karena masih lebih banyak kebaikan dalam politik ketimbang keburukannya,” katanya.

“Justeru politik harus diisi dan dikuasai oleh orang-orang baik, dari kalangan muda, yang relatif masih memiliki idealisme dan belum terkontaminasi oleh residu politik. Anak muda tidak perku ikut terpengaruh upaya reproduksi diskursus politik negatif, dan sebaliknya perlu merubah persepsi minus tersebut,” imbuh Ketua Umum PP Madani itu.

Lebih lanjut dia memandang bahwa, para generasi tua (senior) pada saat yang sama perlu diberikan kesadaran untuk membuka ruang bagi regenerasi kepemimpinan politik. Bahkan selayaknya mereka melakukan rekrutmen dan mentoring agar generasi penerus itu bisa muncul ‘by design’ bukan ‘by accident’ sebagaimana yang sering terjadi saat ini.

“Di sinilah keharusan sejarah bagi kaum muda untuk berpolitik, demi menjalankan misi profetik mengawal dan menjadi pendulum politik dari dalam, sehingga politik berjalan sebagaimana khittah yang seharusnya,” tegas Idy.

Baca Juga:  Prabowo-Gibran Menang Telak di Jawa Timur, Gus Fawait: Partisipasi Milenial di Pemilu Melonjak

“Saat ini, terjadi dekadensi spirit politik kaum muda, yakni kurangnya kesadaran pemuda untuk membangun kekuatan politik nasional dan gerakan sosial yang bisa menjadi satu-kesatuan riil, seperti yang sudah dilakukan oleh generasi pemuda pada masa pra kemerdekaan dan terbukti bisa mengharubirukan arah dan warna berbangsa dan negara,” tutup Caleg DPR RI Jateng VI Nomor Urut 2 (dua) ini.

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,148