NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pidato kebangsaan Prabowo Subianto di Jakarta Convention Center (JCC), Senin (14/1) dinilai berhasil membungkam tuduhan dan fitnah yang selama ini dilancarkan lawan-lawan politik Prabowo. Pasalnya, selama bertahun-tahun, musuh-musuh politik Prabowo kerap kali membuat narasi bahwa capres nomor urit 02 tersebut sosok yang menakutkan meski sejatinya tak demikian adanya.
“Pidato Prabowo mungkin mengecewakan pengikut militan. Tapi bagus memberi sinyal bahwa dalam pemerintahannya bersama Sandiaga Uno semua dapat tempat. Bahkan musuh-musuhnya. Itu sejarah Prabowo. Tidak punya kebiasaan balas dendam,” kata wakil ketua DPR RI, Fahri Hamzah, Jakarta, Selasa (15/1/2019).
Menurut Fahri, mantan Danjen Kopassus itu hanya perlu melampaui trauma dan phobia yang sudah terlanjut disebarkan oleh lawan-lawan politiknya selama ini bahwa Prabowo berbahaya dan mengancam. Seolah Prabowo akan mengacaukan dan merusak demokrasi dan transisi yang sudah berjalan 20 tahun terakhir.
Selain pidato kebangsaan Prabowo, poin lain yang juga berhasil membungkam lawan-lawan politiknya ialah kejelian Prabowo memilih sosok yang bukan merupakan simbol Islam sebagai pendampingnya menghadapi Pilpres 2019. Sehingga, tak ada alasan sahih lagi bagi lawan politik Prabowo untuk melancarkan tuduhan kombinasi nasionalis-radikal dan Islam radikal.
Seperti diketahui, Prabowo akhirnya tak memilih dari kalangan ulama sebagai pendampingnya menghadapi Pilpres 2019. Padahal, nama-nama ulama itu sudah disodorkan kepada dirinya sebelum pengumuman cawapres pada Agustus 2018 lalu. Sebelumnya, Joko Widodo lebih dulu mengumumkan pendampingnya yang tentu saja mengambil dari tokoh Islam, KH Ma’ruf Amin.
Namun, beberapa saat kemudian kejutan datang dari kubu Prabowo. Dia menunjuk Sandiaga Uno sebagai calon wakil presiden yang mendampinginya.
“Kalau kemarin seorang ulama dipaksakan, Prabowo akan dituduh bersekongkol dengan Islam radikal untuk membentuk khilafah. Lalu rakyat akan ditakutkan bahwa Prabowo ditunggangi oleh teroris dan ekstrimis untuk membajak NKRI. Jenderal merah putih itu akan dilumuri fitnah,” papara Fahri Hamzah.
“Mencari cara untuk membuatnya nampak radikal dan ekstrem susah sekali. Kecewalah segala rekayasa dan matilah semua jurus. Mati kutu!,” tambah dia.
Sialnya lagi, kata dia, cap Islam radikal yang belakangan ini susah payah disematkan kepada Prabowo oleh lawan-lawan politiknya juga tidak berhasil. ““Hampir saja sukses. Alhamdulilah sekarang, semua tuduhan hilang,” ucapn Fahri.
(eda/asq)
Editor: Almeiji Santoso