NUSANTARANEWS.CO, Sanaa – Perang Yaman: Angkatan Bersenjata Yaman hampir membebaskan Ma’rib. Jaringan televisi Lebanon al-Mayadeen pada hari Senin melaporkan bahwa Angkatan Bersenjata Yaman telah memperketat kepungan mereka di pegunungan al-Balaq al-Qebali yang menghadap Bendungan Ma’rib di utara dan Tala al-Hamra di distrik Sarwah di sebelah barat Ma’rib
Dengan mengutip sumber kementerian pertahanan di Sana’a, media tersebut mengatakan bahwa militer Yaman dan para pejuang Komite Populer sedang dalam persiapan memasuki kota strategis dari front barat.
Sejauh ini, pasukan Yaman telah menguasai distrik Homma al-Hajily dan memindahkan medan pertempuran ke al-Touma al-Olia dan al-Touma al-Sofla – lima kilometer dari markas Distrik Militer Ketiga pasukan koalisi, tentara bayaran, dan teroris al-Qaeda pimpinan Arab Saudi.
Media Lebanon tersebut juga melaporkan bahwa selama pertempuran sengit yang terjadi pada hari Minggu, jet-jet tempur Arab Saudi telah memberikan dukungan udara bagi tentara bayaran dan teroris Al-Qaeda dalam menghadapi militer Yaman yang terus begerak maju.
Sejak Februari, pasukan Yaman telah bertekad hendak membebaskan wilayah yang kaya minyak Ma’rib – yang juga merupakan benteng terakhir pasukan koalisi, tentara bayaran dan teroris Al-Qaeda pimpinan Arab Saudi.
Kementerian Pertahanan Sanaa menegaskan bahwa pembebasan Ma’rib “lebih dekat dari sebelumnya”.
Seperti diketahui, PBB mulai berkoar-koar ketika kejatuhan Ma’rib, kota kaya minyak di Yaman telah semakin dekat. Media barat pun mulai berkoar-koar terkait masalah pengungsi dan hak azasi manusia.
Padahal selama ini 6 tahun ini, PBB dan media mainstream tampak tenang-tenang saja melihat persenjataan buatan Amerika Serikat (AS) dan Eropa (baraat) dipergunakan oleh pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi dan sekutu Al-Qaedanya membantai rakyat Yaman dan meluluh lantakkan infrastruktur negeri yang indah dan kaya sumber daya alam tersebut.
Bayangkan rumah, sekolah, masjid, dan rumah sakit pun rata dengan tanah oleh serangan udara jet-jet tempur pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi.
Sejak serangan pertama pasukan koalisi pimpinan Arab Saudi yang didukung oleh AS dan sekutu regional lainnya terhadap Yaman pada Maret 2015 – dilaporkan telah menewaskan ratusan tibu rakyat Yaman serta menimbulkan krisis kemanusiaan terbesar dalam sejarah
Selama enam tahun pemboman brutal pasukan koalisi terhadap Yaman, menurut laporan Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan pada 2020, telah menewaskan sedikitnya 233.000 orang, termasuk 131.000 sebagai akibat tidak langsung seperti kekurangan makanan dan layanan kesehatan.
Menurut UNICEF, 80 persen populasi membutuhkan bantuan kemanusiaan. Itu termasuk 12 juta anak. Demikian pula laporan Gizi Akut Klasifikasi Fase Ketahanan Pangan Terpadu (IPC) terbaru: “Hampir 2,3 juta anak di bawah usia lima tahun di Yaman diproyeksikan menderita kekurangan gizi akut pada tahun 2021, empat badan Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan hari ini. Dari jumlah tersebut, 400.000 diperkirakan menderita kekurangan gizi akut yang parah dan dapat meninggal jika mereka tidak menerima perawatan segera.”
Tragisnya bencana kolosal krisis kemanusiaan terbesar di dunia ini tidak banyak mendapat sorotan dari media. Apakah karena mereka sebagian besar adalah orang-orang muslim yang sedang berjuang mempertahankan hidup dan kedaulatan negaranya melawan penindasan kaum imperialis yang kejam? (Agus Setiawan)