NUSANTARANEWS.CO –Perang saudara di Libya terus berlanjut. Libya telah dihancurkan oleh kekerasan dan perpecahan sejak penguasa lama Muammar Gaddafi digulingkan dan dibunuh oleh koalisi imperialis-teroris pada tahun 2011. Hingga saat ini, dua kekuatan besar bersenjata saling berebut pengaruh: pemerintahan di sebelah timur dengan dukungan Tentara Nasional Libya (LNA) pimpinan Haftar, dan GNA yang didukung oleh PBB di barat negara itu
Perang saudara di Libya semakin keras ketika Haftar memerintahkan pasukannya untuk merebut Tripoli pada 4 April – “Membersihkan dari para teroris,” kata Haftar. Untuk sementara LNA berhasil merebut kendali atas kota-kota Surman dan Garyan.
Menurut laporan terakhir, LNA yang dipimpin oleh Field Marshal Khalifa Haftar telah mengerahkan dua batalion pasukan tambahan untuk melakukan serangan terakhir ke ibukota Libya, Tripoli, dalam sebuah pernyataan pada hari Selasa. “Dua batalion ini mendapat perintah khusus melakukan serangan tahap akhir untuk membebaskan Tripoli dari para teroris,” bunyi pernyataan itu.
Namun, pasukan yang setia kepada Pemerintah Nasional Kesepakatan Nasional Libya (GNA) yang didukung PBB mengklaim telah berhasil memasuki kota Garyan di selatan Tripoli, kota yang berhasil direbut oleh LNA sejak 4 April lalu.
Jenderal Mounzer Khartoush, seorang juru bicara brigade infantri ke-73 dari komando utama pasukan LNA, “Pasukan militer GNA memasuki kota Garyan setelah maju ke Al-Kasarat, beralih ke Mashrua Abu Sheyba dan terus maju ke Qawasim.
Sebelumnya, juru bicara LNA Ahmed Mismari mengatakan bahwa LNA mengedepankan inisiatif untuk mengadakan forum rekonsiliasi nasional begitu berhasil merebut ibu kota Tripoli.
“Tentara Nasional Libya meluncurkan inisiatif untuk mengakhiri krisis dan mengadakan forum rekonsiliasi nasional di negara itu dengan partisipasi semua kekuatan politik setelah pembebasan Tripoli,” kata Mishmari pada konferensi pers di Benghazi, yang disiarkan oleh saluran TV satelit.
Menurut Mismari, semua kekuatan politik dapat bergabung dengan inisiatif LNA, kecuali untuk kelompok teroris dan ekstremis. Forum itu harus diadakan di bawah naungan PBB, tambahnya.
Forum tersebut harus menghasilkan pembentukan pemerintah sementara yang kompeten dan penetapan tanggal pemilihan umum.
Awal bulan ini, kepala Pemerintah Kesepakatan Nasional yang berbasis di Tripoli, Fayez Sarraj, mempresentasikan inisiatifnya untuk mengatasi krisis di negara itu. Secara khusus, ia mengusulkan untuk mengadakan konferensi antar-Libya dan mengembangkan road map untuk pemilihan mendatang. Semua pasukan juga dipanggil untuk ikut serta dalam pertemuan itu, “kecuali untuk agresor dan kelompok yang melakukan kejahatan perang.”
Sejak awal April, LNA telah melakukan ofensif militer untuk merebut Tripoli. Sebaliknya GNA telah melakukan serangan balasan untuk mencegah LNA merebut ibu kota. (Banyu)