Lintas NusaPolitik

Pengamat: Sulit Eliminasi Bandar Suara Pilkada 2018 di Madura

NUSANTARANEWS.CO, Surabaya – Pengamat politik dari Universitas Trunojoyo Madura (UTM) Surokim Abdussalam mengatakan sulit rasanya mengeliminasi peran bandar suara pemilu di Madura. Menurutnya, praktik itu terlalu kompleks dan rumit untuk diurai dan dipecahkan, termasuk melalui perangkat hukum formal.Hal ini karena sudah mentradisi dan terstuktur serta berlangsung lama. Apalagi masyarakat juga relatif apatis karena menganggap pemilukada tidak berkaitan langsung dengan kepentingan mereka.

“Praktik ini sudah turun temurun dilakukan, hampir mengakar dalam masyarakat dan bahkan telah diketahui dan diakui ektensinya oleh masyarakat. Tidak bisa dinilai hitam putih, mengingat dalam berbagai kasus jika terjadi permasalahan di masyarakat peran kelompok ini solutif dan terbukti efektif mejadi penjembatan damai di masyarakat sehingga keberatan kelompok ini bisa dirasakan langsung oleh masyarakat dan eksis hingga kini” ujar Surokim, Surabaya, sabtu (5/8/2017).

Kelompok ini, kata Surokim, bergerak sistemik dan tidak sendirian. Mereka selalu berjejaring dan memahami situasi politik, dan ber-relasi dengan berbagai aktor strategis di atasnya. Ini yang membuat eksistensi mereka kuat dan susah dieleminasi melalui berbagai perangkat, termasuk aturan hukum.

Baca Juga:  Polres Pamekasan Sediakan Bantuan Kesehatan Gratis untuk Petugas KPPS Pasca Pemilu 2024

“Selama ini money politic berlangsung melalui kelompok ini, dan masyarakat juga memperoleh manfaat dan keuntungan langsung sehingga terjalin hubungan saling mengamankan dan saling menjaga eksistensinya,” ungkap alumnus UNAIR yang juga peneliti senior SSC (Surabaya Survey Center) ini.

Dikatakan Surokim, jika penyelengara peka terhadap hal ini, maka dibutuhkan penangganan yang komprehensif dan tidak parsial serta dibutuhkan pendekatan yang komprehensif. Salah satunya melalui pendidikan literasi politik kepada masyarakat, khususnya dengan memangkas generasi dan menumbuhkan khalayak kritis dari generasi muda dan kalangan menengah di Madura.

Diharapkan, melalui pendidikan literasi politik ini masyarakat bisa menjadi pemilih rasional, independen sehingga tidak mudah dimobilisasi dan dapat menghargai aspirasi asli nya tumbuh dimasyarakat.

“Hal ini perlu dilakukan secara berkelanjutan agar masyarakat dapat menjadi aktor pembangun peradaban demokrasi substantif jangka panjang dan masyarakat tidak terjebak kepada kepentingan sesat dan jangka pendek seperti money politic,”tutupnya.

Pewarta: T. Yudhie
Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3