KolomOpini

Pemuda dan Kearifan Lokal

Pemuda dan Kearifan Lokal, lukisan via novel "Di Kaki Bukit Cibala". (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)
Pemuda dan Kearifan Lokal, lukisan via novel “Di Kaki Bukit Cibala”. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

Penulis: Dewi Sukmawati*

NUSANTARANEWS.CO – Zaman sekarang peran seorang pemuda sangatlah penting apalagi pemuda mempunyai pikiran kritis. Jangan sampai masa pemuda hanyalah menjadi penonton para pemimpin yang tidak adil bahkan seenaknya sendiri terhadap jabatannya dan lagi-lagi masyarakat miskin menjadi sasaran para penguasa. Apakah iya akan terus seperti ini masyarakat miskin menjadi sasaran empuk para penguasa? Seperti halnya harimau yang sedang menerkam sasarannya. Masyarakat miskin yang tidak tau apa-apa bahkan bisa dikatakan yang kurang akan pendidikan mudah sekali dibodohi. Kalau bukan pemuda siapa yang akan bergerak?

Masa sekarang sangatlah dibutuhkan peran pemuda seperti tokoh Pambudi pada Novel Ahmad Tohari yang berjudul “Di Kaki Bukit Cibalak”. Dengan keberanian, kesederhanaan dan keikhlasan yang dimiliki oleh tokoh Pambudi, sangatlah cocok untuk diterapkan masa ini. Sikap pemberani Pambudi dalam melawan ketua kelurahan yang seenaknya sendiri. Keikhlasan tokoh Pambudi menolong Mbok Ralem pada novel Ahmad Tohari tersebut, meningatkanku pada sosok ibuku sendiri yang menolong seorang nenek yang sedang sakit.

Baca Juga:  Apa Arti Penyebaran Rudal Jarak Jauh Rusia Bagi Skandinavia?

Sosok ibu sangatlah berjasa menurutku, karena dengan tak kenal lelah beliau selalu membantu dan menemani nenek cek up ke dokter setiap bulan, bahkan dengan keadaan beliau sendiri sedang tidak sehat. Kesederhaan tokoh Pambudi pun perlu dicontoh untuk pemuda sekarang, untuk semua warga Indonesia. Kesederhanaan dari segi pakaian, tutur kata dan sikap rendah hatinya. seperti tutur kata ayahnya Pambudi yaitu : Wani ngalah, luhur wekasane. Berani mengalah, menjadikan kita luhur pada akhirnya.

Perkataan itu yang selalu Pambudi ingat setiap akan melakukan apapun. Sikap seperti Pambudi mengingatkanku pada sosok Abah Taufiqurrohman Pengasuh Pondok Pesantren Darul Abror, Purwokerto dengan kesederhanaan dan keistiqomahannya. Beliau menjadi contoh bagi santri santrinya, bahkan warga sekitar. Teman beliau sejak kecil mengatakan beliau menanamkan kesederhaannya sejak beliau masih Sekolah Dasar ( SD ).

Abah Tauriqurrohman pun pernah ngendika, bukan dengan pakainnya seseorang dinilai atau pun dihargai tapi, dengan sendirinya orang lain akan menghargai kita yaitu dengan ilmu yang kita miliki. Buat apa kita berpenampilan mewah tapi ilmu yang kita miliki sia – sia bahkan tidak bermanfaat. Firman Allah SWT dalam Surat al- Furqon ayat : 63 yang artinya : ” Dan hamba- hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu ( ialah ) orang – orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata – kata ( yang mengandung ) keselamatan.”

Selain sifat keberanian, kesederhanan dan keikhlasan, yang patut dicontoh dari Pambudi adalah ia juga termasuk seorang pemuda yang hormat atau menghargai akan kebudayaan yang ada di desanya yaitu menjaga marwah wanita agar mengejar pendidikan tinggi dan tidak nikah muda. Pambudi juga sosok yang sayang dan patuh terhadap orang tuanya. Ia selalu patuh terhadap perintah yang di ucapkan kedua orang tuanya, contohnya yaitu ia meninggalkan desanya dan pergi ke Yogyakarta hanya demi kebaikan kedua orang tuanya supaya warga desanya tidak menjelek-jelekan.

Baca Juga:  Rezim Kiev Terus Mempromosikan Teror Nuklir

Kepatuhan Pambudi terhadap kedua orang tuanya, mengingatkan aku dengan temaku, yaitu Itsna Agustin Nur Rohmaniah. Dia sangat menghormati kedua orang tuanya. Bisa dikatakan setiap yang akan dia lakukan selalu memberitahu kedua orang tuanya. Jika ada seseorang yang bercerita tentang kedua orang tua pasti dia menangis. Pada sekarang ini menurutku jarang sekali sosok seorang anak seperti temanku, Itsna itu.

Maka dari itu, tokoh seperti Pambudi sangatlah dibutuhkan di masa ini, Terutama kepada pemimpin – pemimpin masa depan. Karena jika pemimpinnya sudah baik, pasti bawahannya pun pasti kan mengikutinya. Orang lain dengan mudahnya mengejek kita bahkan menganggap remeh kita. Maka, jadilah orang yang Wani ngalah, luhur wekasane. Berani mengalah, menjadikan kita luhur pada akhirnya.

*Dewi Sukmawati. Kelahiran Cilacap, 08 Desember 1999. Beralamatkan di Pekuncen Rt 02 Rw 06, Kecamatan Kroya dan berdomisili di Kroya Rt 02 Rw 06, Kecamatan Kroya. Kegemarannya membaca dan Bulutangkis. Saat ini ia masih berstatus sebagai mahasiswi semester 2 Jurusan Pendidikan Agama Islam dan bergiat di Sekolah Kepenulisan Sastra Peradaban (SKSP) IAIN Purwokerto.

Related Posts

1 of 3,145