NUSANTARANEWS.CO, Nukukan – Siapapun pelaku dan apapun motifnya, aksi teror merupakan sebuah tindakan yang sangat bertentangan dengan sendi-sendi kemanusian. Terlebih jika aksi teror tersebut menyasar tempat ibadah, maka itu adalah sebuah aksi yang mampu mengoyak peradaban.
Seperti aksi pelemparan bom molotov yang dilakukan oleh orang tidak dikenal di Gereja Gereja Keratapan Injil Bangsa Indonesia (KIBAID) di Nunukan, Kalimantan Utara pada Kamis 8 Sepetember 2022 malam adalah sebuah tindakan yang dapat memantik keresahan dan mempengaruhi keharmonisan.
Demikian yang dituturkan Ketua PCNU Kabupaten Nunukan, Basri Lanta usai menyambangi Gereja Gereja Keratapan Injil Bangsa Indonesia (KIBAID), Minggu (11/9).
“Siapapun pelakunya dan apapun motifnya, kami PCNU Nunukan mengecam keras segala bentuk aksi teror terlebih yang menjadi sasaran adalah tempat ibadah,” tuturnya.
Lebih lanjut Basri Lanta mengungkapkan bahwa selama ini kondisi Nunukan sangat kondusif. Sehingga pelemparan bom molotov tersebut apabila tidak diusut dengan tuntas akan berpotensi merusak kedamain di Perbatasan yang selama ini kondusif.
Basri mengingatkan, dampak yang bisa ditimbulkan dari aksi dan ancaman terorisme itu akan memunculkan sikap tidak saling percaya dan curiga satu sama lain.
“Untuk itu kita berharap dengan sangat kepada pihak kepolisian agar dapat mengusut dengan tuntas,” tandasnya.
Adapun tujuan PCNU Nunukan menyambangi Tempat Ibadah yang menjadi lokasi pelemparan Bom Molotov tersebut, Basri Lanta mengungkapkan bahwa hal itu sebagai bentuk simpati sebagai sesama umat beragama.
Meski lain akidah, tapi menurut Basri, semua umat beragama di Nunukan itu seperti satu tubuh. Yang apabila satu merasakan sakit, maka demikikan juga akan dirasakan bagian tubuh lainya.
Perbedaan agama tidak bisa dijadikan alasan untuk berperilaku buruk, memusuhi dan memerangi pemeluk agama lain. Dengan demikian asas hubungan antara umat Islam dengan non-Muslim bukanlah peperangan dan konflik, melainkan hubungan tersebut didasari dengan perdamaian dan hidup berdampingan secara harmonis sebagaimana yang terjadi di Nunukan selama ini.
“Islam memandang seluruh manusia, apa pun agama dan latar belakangnya, terikat dalam persaudaraan kemanusian (ukhuwwah insaniyyah) yang mengharuskan mereka saling menjaga hak-hak masing, mengasihi dan tolong-menolong,” tegasnya.
Diketahui, saat ini Polisi tengah menyelidiki dua kejadian pelemparan bom molotov di dua rumah berbeda di Nunukan, Kalimantan Utara, yang terjadi Kamis (8/9) malam. Salah satunya adalah rumah yang digunakan sebagai tempat ibadah.
Kejadian pertama berlangsung sekitar pukul 20.00 Wita. Berselang 30 menit kemudian, aksi pelemparan bom molotov kedua terjadi di rumah warga lainnya di Nunukan Barat.
“Iya benar. Kejadian pertama di rumah pribadi warga sekitar jam 8 malam. Sekitar jam 8.30 malam kejadian kedua, di rumah yang digunakan untuk tempat ibadah,” kata Kapolres Nunukan AKBP Ricky Hadianto dalam pernyataannya
Ricky menerangkan di lokasi kejadian kedua, saat kejadian ada sejumlah orang yang sedang berada di rumah.
“Kaitannya (ada orang) tinggal di situ, rumah ada yang jaga. Lokasinya persis di pinggir jalan tanpa pagar. Untuk itu kami sedang dalami, berkoordinasi dengan Polda (Polda Kalimantan Utara) dan Densus (Densus 88 Antiteror Polri) untuk mencari pelaku pelemparan,” tutup Ricky. (Red)
Pewarta: Eddy Santry