EkonomiPolitik

Pakai Metafor Dua Kepala Desa dan Maling, Fahri Hamzah Jelaskan Hakikat Sukses dan Sibuk

Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah berbagi kisah tentang orang sukses dan orang yang sibuk. Di awal kisah, Fahri menceritakan tentang temannya yang pengangguran.
Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah. (FOTO: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua DPR RI Fahri Hamzah berbagi kisah tentang orang sukses dan orang yang sibuk. Di awal kisah, Fahri menceritakan tentang temannya yang pengangguran. Demi menunjukkan tekad dan dedikasi untuk isteri dan anak-anaknya, teman Fahri itu pura-pura sibuk. Pagi-pagi dengan pakaian rapi lengkap dengan dasi pergi layaknya pekerja kantoran dan pulangnya malam hari.

“Saya punya teman. Ketika masih nganggur, dia berpura2 kepada isteri dan anak2nya pergi pagi2 pakai dasi kayak orang sibuk. Pulang malam. Tentu mulia usahanya, menunjukkan tekad dan dedikasi. Yang penting keluarganya tau Dia sibuk. Sekarang dia sudah sukses,” tulis Fahri di akun Twitter pribadinya dengan tagar #SibukDanSukses.

Pengalaman yang hampir serupa juga dialami Fahri. Waktu itu, saat Fahri lulus dari Universitas Indonesia (UI), ia membuat kantor kecil. Sepulang dari mengantar sang anak pergi sekolah, ia pergi ke kantornya. Meski sebenarnya tidak banyak pekerjaan di kantor, ia tetap melakukan hal-hal.

“Saya juga pernah begitu, lulus dari UI, saya bikin kantor kecil. Mulai dari pusat studi, yayasan, lalu PT. Setiap pagi setelah ngantar anak sekolah, saya pergi ke kantor kecil itu di wilayah Tebet. Meski kerjaan sepi, saya tetap di kantor mengerjakan apa saja,” tutur Fahri.

Baca Juga:  Survei Parpol, ARCI Jatim: Golkar-Gerindra Dekati PKB-PDIP

Fahri mengaku, ongkos belajar sebagai pengambil resiko ia tanggung sendiri. “Sampai kita mengerti bagaimana melihat peluang usaha dan mulai berbisnis kecil sampai besar. Kawan saya tadi juga demikian, sekarang dia sudah jadi pengusaha besar. Dia pernah “sibuk”. Kini sukses,” katanya.

Tapi, lanjut Fahri, sebagian kita sering tidak bisa membedakan perbedaan antara sibuk dan sukses. Salah satu sebabnya, kata dia, mungkin karena tidak belajar manajemen. Sibuk dianggap sama dengan sukses sehingga semakin sibuk menganggap diri semakin sukses. Kesibukannya bahkan sering dibela sendiri.

Bahkan, katanya lagi, masyarakat juga sering menganggap orang sibuk sama dengan orang sukses karena nampak sibuk. Di banyak tempat, kalau ada orang tenteng tas kulit. Berpakaian rapi dan terburu-buru disebut sebagai profil orang sukses. Apalagi kalau pakai dasi dan jas.

Dua Kepala Desa dan Maling di Kampungnya Masing-Masing

Menurut Fahri, hal itu pula yang menjadi racun dan kerancuan kita dalam menilai kerja lembaga negara dan pejabat publik. “Seperti saya sering membuat metafor tentang 2 orang kepala desa dan maling di kampungnya masing-masing. Keduanya punya masalah maling di kampungnya,” ujar Fahri.

Kepala Desa A Namanya Tuan Abdul. Desanya penuh maling. Kepala Desa B namanya Tuan Bodul sama juga desa banyak maling. Tapi Tuan Bodul sibuk setengah mati. Siang berburu maling, malam berburu maling. Setelah itu konferensi pers, wartawan penuh di kantor Desa B.

Tuan Bodul sangat terkenal bahkan ke seluruh kecamatan dan kabupaten. Bayangkan saja, sehari bisa 3 kali menangkap maling, diseret dan memakai baju oranye. Blitz camera seperti hujan cahaya meminta wawancara. “tuan Bodul, ini kasus apa lagi, siapa lagi…?”

Baca Juga:  Relawan Anak Bangsa Gelar Bazar Tebus Sembako Murah di Kalibawang

Dengan senyum, tuan Bodul berkata, “saudara2 pers, kami sedang mengembangkan kasus ini, sepertinya ada ikan kakap yg teelibat, kami akan segera memanggil nama2 berikut ini sebagai saksi, ada 100 orang saksi, sabar saja, kami tentu akan teliti, dan profesional”.

Demikianlah tuan Bodul dan desanya yang belasan tahun terus sibuk bekerja menangkap maling. Rasanya sudah habis orang ditangkapnya tapi maling masih saja ada mulai dari maling jemuran sampai sogok-menyogok pengurusan kartu keluarga. Semua sudah disasar.

Sebaliknya, Tuan Abdul kepala desa A tidak sibuk. Kantornya sepi dan minim pemberitaan. Masyarakatnya yg nampak lebih sibuk. Pagi2 tuan abdul sehabis sholat subuh jalan2 menyapa tetangga. Belanja ke pasar keperluan isterinya dan berolah raga sebelum ngantor.

Sewaktu ada kabat maling, Tuan Abdul berkoordinasi dengan seluruh aparat desa dan menanyakan duduk perkara dan modus perkara maling terakhir. Lalu Tuan Abdul mengajak pertemuan Badan Pewakilan Desa untuk menyampaikan temuan, sehingga harus diputuskan bersama.

Tuan Abdul diam2 melacak apakah ada aturan yang membuat maling berkeliaran di siang bolong?, atau malam hari? Apakah ada aparat dan birokrasi yang membuat maling bertambah? Lalu menunjukkan sikap yang tegas sehingga maling dikepung oleh sistem desa.

Baca Juga:  Juara Pileg 2024, PKB Bidik 60 Persen Menang Pilkada Serentak di Jawa Timur

Dengan data yang lengkap, Tuan Abdul membuat sebuah sistem yang tidak memungkinkan maling masuk ke desa A. Terlalu kuat sistemnya, susah ditembus. Aturan cukup jelas bagi semua orang akibat konsekwensi tindakan mereka, aparat desa yang profesional dan Tuan Abdul yang waspada.

Demikianlah, Tuan Abdul yang rendah hari dan bersahaja itu selalu berada di depan masalah. Dan masyarakat merasa tenang dengan perlindungan aparat desa yang selalu sigap sedia. Tuan Abdul jarang di tulis media tapi senyumnya memberi tenaga kepada rakyatnya.

Sore hari pulang ke rumah, kepala desa menghibur keluarga. Bercerita untuk anak2 di meja makan dan sehabis isya menerima tamu yg ada. Atau Tuan Abdul selalu menyempatkan diri membaca. Ia tersenyum, sebuah laporan berjudul “Desa A: Juara Desa Tanpa Maling”.

“Itulah yang harus sering kita hayati, tentang kesibukan kita hari2. Jika soal pribadi ok saja sibuk Wira-wiri. Tapi kesibukan tanpa menyelesaikan masalah seperti Tuan Bodul itu namanya tidak bertanggungjawab. Waktu dan anggaran terbatas. Harus selesai dalam kurun terbatas,” jelas Fahri.

“Itulah guna pembatasan waktu bagi pejabat dan lembaga, agar kerja dapat diukur dan hasil kerja harus terukur. Bagi lembaga yang diberi kewenangan dan anggaran besar dalam UU. Semua harus dilaporkan dan laporannya SUKSES! Bukan SIBUK! Sekian,” pungkasnya. (red/nn)

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,168