NusantaraNews.co, Jakarta – Hari berganti, selepas jam 00:00 Senin dini hari, 16 Oktober 2017, di halaman utama pencarian google langsung nampak lukisan seorang pria berkulit gelap dengan bulu pena di tangan kirinya. Saya bertanya, mungkin juga Anda, siapa pria itu?
Setelah tim redaksi menelusuri sosok tersebut, ternyata benar, bulu pena itu menunjukkan bahwa pria itu adalah seorang penulis. Olaudah Equiano namanya. Ia ternenal sebagai penulis dari benua Afrika.
Olaudah Equiano lahir di Eboe, sebuah kota provinsi di sebelah selatan Negeria. Selain lahir sebagai sosok yang ulet ia juga seorang petualang yang luar biasa. Olaudah Equiano meninggal pada tanggal 31 Maret 1797. Setidaknya itulah pandangan sejumlah orang tentang Olaudah Equiano.
Sayang, zaman di lingkungan menempatkan dirinya sebagai seorang muda sejak kecil. Disebutkan bahwa di masa-masa perbudakan, dia sudah berpindah tangan dari satu tuan ke tuan yang lain. Lantas apa yang mendorong budak sejak kecil jadi penulis terkenal?
Ada satu babakan kisah dalam hidupnya yang membuat dirinya berjuang untuk melepaskan diri dari perbudakan. Dorongan itu lahir tatkala ia harus menerima kenyataan bahwa adik kecilnya dikirim sebagai budak oleh pedagang budak lokal melintasi samudera Atlantik menuju Barbados.
Olaudah Equiano mengisahkan bagaimana ia dijual kepada ke etugas Royal Navy, Letnan Michael Pascal dari Virginia yang kemudian mengganti namanya menjadi ‘Gustavus Vassa’. Ia mengikuti tuannya selama delapan tahun dalam pelayaran. Dan sempat dibaptis pada waktu itu, selama perjalanan panjang itu, ia belajar membaca dan menulis. Demikian tulis Olaudah Equiano dalam buku otobiografinya.
Tak berhenti di situ, pengalaman berpindah tuan terus berlanjut. Delapan tahun kemudian, ia dijual oleh Michael Pascal ke Kapten Kapal di London yang kemudian membawanya ke Monsserrat. Lalu ia dijual kepada seorang pedagang terkemuka bernama Robert King.
Robert King memperjakan Gustavus Vassa sebagai kelasi, pelayan dan tukang cukur. Hebatnya, dari pekerjaan sampingan dia berhasil mengumpulkan sejumlah uang yang akhirnya cukup untuk menebus kebebasannya pada tanggal 10 Juli 1766.
Babak kehidupan selanjutnya, dia menghabiskan waktunya untuk berkeliling dunia selama 20 tahun. Perjalananya itu hingga ke Turki dan Arktik.
Tahun 1786 ia terlibat dalam gerakan penghapusan perbudakan di London. Dia adalah seorang anggota terkemuka “Sons of Africa”, sebuah kelompok yang terdiri dari 12 pria kulit hitam yang berkampanye penghapusan perbudakan tersebut.
Tahun 1789 dia menerbitkan otobiografinya yang berjudul “The Interesting Narrative of the Life of Olaudah Equiano or Gustavus Vassa, the African” dan menyebarluaskan bukunya yang sangat popular pada saat itu. Buku ini merupakan buku pertama yang ditulis dan diterbitkan oleh penulis Afrika yang membuatnya menjadi sukses. Tiga tahun kemudian, tahun 1792 Olaudah Equiano menikahi seorang wanita Inggris, Susanna Cullen dan hingga memiliki dua orang anak perempuan.
Penulis/Editor: Ach. Sulaiman