NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mantan penyanyi dan bintang film era 1980-an, Neno Warisman diminta tak perlu mencoba mengukur kadar keimanan orang.
Pernyataan tersebut disampaikan Ketua Pengurus Harian PBNU, Robikin Emhas menanggapi doa dan puisi Munajat 212 yang dibacakan Neno pada malam Munajat 212 yang digelar di Monas, Jakarta Pusat, Kamis (21/2) lalu.
Berikut petikan doa dan puisi Neno Warisman yang kini menjadi bahan perbincangan publik.
“Duhai Allah jangan kau jadikan hati kami tertutup dari cahaya terang kebenaran yang menyala di malam malam munajat saat engkau turun ke Jagat dunia, telah Engkau persaksikan kami tegak berdiri, ya Allah. Kami meminta, menangis, hingga basah berdiri kepadamu, seluruh harapan kami dambakan akan Engkau tolong, atau Engkau binasakan, akan engkau menangkan atau Engkau lantakkan, itu hakMu.
“Namun kami mohon, jangan serahkan kami kepada mereka yang tak memiliki kasih sayang pada kami dan anak cucu kami, dan jangan, jangan Kau tinggalkan kami, dan menangkan kami, karena jika Engkau tidak menangkan kami khawatir, Ya Allah, kami khawatir, Ya Allah, tak ada lagi yang menyembahmu, Ya Allah.”
“Izinkan kami memiliki generasi yang dipimpin oleh pemimpin terbaik, dengan pasukan terbaik untuk negeri adil dan makmur terbaik. Takdirkanlah bagi kami generasi yang dapat kami andalkan untuk mengejar nubuwah kedua, wujud dan nyata, dan munculnya sejuta Alfatih di Bumi Indonesia.”
“Allah Rabb, puisi munajat ini kubaca bersama saudara-saudaraku, mujahid-mujahidah, yang datang berbondong-bondong dari segala arah. Maka inilah puisi munajat, mengetuk-ngetuk pintu langitmu, bersimpuh di pelataran keprihatinan atas ketidakadilan, atas kesewenang-wenangan, atas kebohongan demi kebohongan, atas ketakutan dan ancaman yang ditebar-tebarkan, atas kepongahan dalam kezoliman yang dipamerkan-pamerkan dalam pertunjukkan kekuasaan yang mengkerdilkan Tuhan, yang menantang kuasa Tuhan, yang tidak percaya Tuhan pembalas yang sempurna.”
“Ya Rabb, Engkaulah yang memiliki kekuasaan mutlak di seluruh jagat ini. Allah, ini puisi munajat yang mengetuk-ngetuk pintu langitmu, turunkanlah malaikat berbaris, burung-burung Ababil, dan semut-semut pemadam api Ibrahim. Munajat penuh harap kau turunkan pertolongan yang dijanjikan bagi yang terdera, bagi pemimpin yang terfitnah, bagi ulama yang dipenjara, bagi pejuang yang terus dihadang-hadang, bagi pembela keadilan yang digelandang ke bilik-bilik pesakitan.”
“Atas dasar apa kekhawatiran Tuhan tidak ada yang menyembah kalau capres-cawapres yang didukung kalah? Apa selain capres-cawapres yang didukung bukan menyembah Tuhan, Allah SWT? Ingat, Tuhan yang kita sembah adalah Allah SWT, bukan pilpres, bahkan bukan agama itu sendiri,” ujar Robikin dikutip dari pernyataan tertulisnya, Jakarta, Sabtu (23/2/2019).
Robikin menambahkan, pilpres adalah proses demokrasi biasa. Konstitusi dan regulasi tidak menggunakan istilah menang dan kalah, melainkan terpilih dan tidak terpilih.
(eda)
Editor: Eriec Dieda