NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pada kesempatan seminar terbatas yang diadakan Global Future Institute (GFI) bekerjasama dengan Nusantaranews.co, di kawasan Kebayoran Baru, Kamis, 30 Agustus 2018, Ketua Relawan Kesehatan Indonesia Agung Nugroho menyebut keberadaan Naval Medical Research unit 2 (NAMRU-2) disebutnya sebagai gerakan intelijen asing yang berkedok laboratorium kesehatan.
Agung Nugroho menjelaskan ada poin poin penting terkait keberadaan NAMRU-2 ini. Dirinya mengatakan bahwa NAMRU-2, sesuai masa kontraknya, sebenarnya telah habis sejak tahun 2000 silam. Selain itu, poin penting lainnya, lanjut Agung, staf NAMRU di Indonesia diberi kekebalan diplomatik. Yakni dibebaskan dari pajak dan disediakan tempat tinggal oleh pemerintah Indonesia.
Namun, pada kenyataannya, Menkes Siti Fadilah kala itu pernah dipersulit untuk masuk NAMRU-2. Padahal NAMRU-2 itu sendiri didirikan di atas lahan milik Depkes (Departemen Kesehatan) di Jl. Percetakan Negara no.29 Rawasari, Jakarta Pusat.
Baca Juga:
Boleh Jadi AFIRMS Sebagai Kelanjutan Proyek NAMRU-2, Indonesia Patut Waspada
Keberadaan AFRIMS Sebagai NAMRU-2 Gaya Baru?
Agung menambahkan, peneliti NAMRU-2 bebas bergerak ke seluruh pelosok negeri untuk mengambil sampel virus dari darah orang Indonesia. Dalam hal ini, NAMRU-2 dikatakan bergerak di bidang kesehatan, akan tetapi personilnya dari US Navy.
“So that means: tentara Amerika hidup bebas dan berkeliaran di negara ini dengan kedok penelitian kesehatan,” ungkap Agung.
Fakta lainnya, keberadaan NAMRU-2 selama 38 tahun tidak transparan. Seperti dilaporkan banyak pihak, lembaga riset medis angkatan laut AS tersebut tidak pernah melaporkan hasil penelitian kesehatan selama ini di Indonesia.
Dirinya menjelaskan, NAMRU-2 ditengarai mengambil sampel virus dari Indonesia untuk kemudian diolah menjadi senjata biologi.
Kecurigaan NAMRU-2 sebagai alat kepentingan intelijen AS, menurut Agung Nugroho digunakan untuk melanggengkan bisnis kesehatan AS di Indonesia. Dan hal itu dibenarkan oleh pakar intelijen Laksamana Muda (Purn) Subardo.
Temuan itu diketahui Subardo setelah 30 tahun bekerja di bidang intelijen, serta pernah menjabat sebagai Kepala Lembaga Sandi Negara (Lemsaneg) tahun 1986-1998.
“Kalau saya pribadi yakin itu ada motif intelijen dari Amerika. Saya kan kerja di bidang intelijen ini sejak Letnan hingga bintang dua (Laksamana Muda). Lebih dari 30 tahun,” ungkap Subardo di sela-sela Seminar Hari Kesadaran Keamanan Informasi (HKKI) di Fakultas MIPA UGM, Yogyakarta, pada Jumat 25 April 2008.
Ungkapan Subardo, diperkuat dengan hasil karya ilmiah Endang yang sejalan dengan misi NAMRU-2 yang diduga digunakan sebagai bahan penelitian intelijen AS guna mendapatkan vaksin atau obat penawar virus flu burung di Indonesia.
Editor: Romadhon