Mancanegara

Militansi Perempuan di Balik Gerakan Revolusi Sudan

perempuan, sudan, revolusi, nusantaranews
Alaa Salah, simbol militansi perempuan di balik gerakan revolusi Sudan. (Foto: Twitter)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Alaa Salah menjadi simbol militansi perempuan di balik gerakan revolusi Sudan.

Perempuan Sudan tercatat sangat aktif dalam perjuangan melawan militerisme Khartoum sehingga mereka disebut-sebut berperan besar meletakkan dasar revolusi berkelanjutan di negara tersebut.

Faktanya, sejarah Sudan telah dihiasi oleh sejumlah tokoh perempuan dimulai dari Kandake (Ratu) Nubia Meroe, Dr Khalida Zahir hingga Fatima Ibrahim. Perjuangan mereka boleh dibilang telah menginspirasi gerakan feminisme di Sudan. Mereka bangkit dengan gagah berani mewakili rakyat melawan kediktatoran, marginalisasi politik dan kekerasan.

Sosok paling aktual penerus gerakan perempuan di Sudan ialah Alaa Salah. Alaa adalah seorang wanita muda Sudan yang memiliki semangat besar memimpin protes anti pemerintah.

Seorang perempuan muda, mahasiswi teknik berusia 22 tahun itu, berorasi di tengah-tengah lautan manusia yang menuntut Presiden Omar Al Bashir mundur dari jabatannya. Alaa memimpin aksi demonstrasi Sudan yang membuat namanya menjadi sorotan internasional.

Seperti para pendahulunya, Alaa segera dicap sebagai simbol reviolusi Sudan. Sehingga, media internasional yang menaruh perhatian kepadanya segera menyebutnya sebagai generasi perempuan terkemuka yang berani berada di garis depan perlawanan rezim kendati dia berasal dari orang biasa.

Baca Juga:  Film Lafran, Biopic Pendiri HMI, Tayang 20 Juni

“Mereka memenjarakan kami atas nama agama, membakar kami atas nama agama dan membunuh kami atas nama agama,” ucap Alaa mengutip sebuah puisi karya penyair Sudan Azhari Mohamed Ali seperti dilansir Aljazeera.

“Tapi ingat, Islam tidak bersalah. Islam mengajarkan kita untuk berbicara dan melawan tiran. Peluru tidak membunuh. Yang membunuh adalah kesunyian rakyat,” kata Alaa lagi-lagi mengutip syair Azhari.

Ucapan Alaa dianggap bukanlah sesuatu yang luar biasa di Sudan. Sebab, Penampilannya di depan publik menggemakan tradisi panjang para wanita Sudan yang melakukan pujian dan puisi ratapan untuk menghormati orang mati, meningkatkan moral para pejuang dan menentang para pemimpin yang kejam, tulis Nisrin Elamin dan Tahani Ismail di laman Aljazeera.

Adapun sejumlah nama penyair wanita Sudan yang terkenal di antaranya Meheira bint Aboud dari Nubia yang terkenal melantunkan puisi untuk para pejuang Sudan yang berperang melawan tentara penyerang Khedive Mohammed Ali Pasha Mesir, dan ikon anti kolonial Hawa al-Tagtaga dari Kordofan, yang dipenjara oleh Inggris setelah membawakan lagu-lagu nasionalis dalam sebuah Teater Buruh di Atbara, menjelang kemerdekaan Sudan.

Baca Juga:  Polandia Mendorong Militerisasi UE

(eda)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,050