Featured

Migrasi Ilegal Data 4,2 Juta Pelanggan, Telkom Didesak Lakukan Audit Forensik

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dua minggu lebih sejak satelit Telkom 1 terkena anomali yang mengakibatkan sejumlah layanan perbankan dan televisi terganggu secara nasional, masih belum juga terungkap jelas penyebabnya. Bahkan sampai pada batas recovery system yang pernah dijanjikan Telkom, layanan transaksi perbankan melalui ATM juga belum sepenuhnya optimal.

Menurut Direktur Eksekutif Indonesian Club, Gigih Guntoro ini memperlihatkan bahwa Telkom terkesan memperlambat dan seolah menutupi apa yang sebenarnya terjadi pada satelit Telkom 1. Bahkan atasnama pelayanan Telkom telah berani melakukan migrasi data pelanggan sebesar 4,2 juta dari 17 juta pelanggan, satu tindakan kriminal yang dilegalkan dengan menabrak berbagai aturan hukum yang ada.

Aktifitas memigrasikan data pelanggan ini, kata Gigih Guntoro patut diduga terjadi praktek-praktek criminal dan rentan terjadinya tindak pidana korupsi. “Janji dari dirut Telkom bahwa pada tanggal 10 bulan September ini kiranya sudah akan kembali normal. Kekacauan yang berkaitan dengan Satelit Telkom 1 yang dibeli dari Loockheed Martin diduga dianggap menjadi biang keladi atas matinya ribuan ATM dan kantor kas perbankan di Indonesia,” ungkap Gigih Guntoro, Senin (11/9/2017).

Mengenai Loockheed Martin, sesuai penelusuran Indonesian Club, Loockheed Martin merupakan perusahaan raksasa asal negeri Paman Sam yang telah berpengalaman bertahun-tahun dan banyak memproduksi satelit. “Loockheed Martin bukan perusahaan sembarangan. Di belakang mereka sangat dimungkinkan adalah negara adidaya. Apakah mereka akan diam saja saat Satelit Telkom 1 dianggap atau diduga terjadi miring pada satelit, keluar orbit, hingga hancurnya satelit, walaupun pada akhirnya semua diklarifikasi Telkom? Apakah Loockheed Martin sebagai perusahaan produsen satelit raksasa Amerika segegabah itu?” sambung Gigih.

Dirinya melanjutkan, tentu saja mereka memiliki hitungan-hitungan tertentu karena kredibilitas mereka sangat dipertaruhkan dalam hal ini. “Setahu kami, pembuatan satelit membutuhkan biaya yang sangat mahal, yang konsekuensi penggunaannya pastinya tidak hanya setahun-dua tahun yang kemudian kadaluwarsa,” ungkapnya.

Pertanyaannya, mungkinkah satelit Telkom 1 A2100A itu hanya bisa beroperasional selama 15 tahun seperti yang diklaimkan dirut PT. Telkom beberapa waktu lalu? Atau hanya kontraknya yang hanya 15 tahun? “Hal ini masih menjadi perdebatan publik, dan tim kami pun terus mendalami perihal ini,” terangnya.

Perlu diketahui, Telkom sendiri telah mengeluarkan US$ 191,4 juta untuk pembuatan dan peluncuran satelit Telkom 1. Biaya tersebut, kata Gigih terdiri dari US$ 84,8 juta untuk pembuatan satelit Telkom 1 dari perusahaan Lockheed Martin, US$ 90,1 juta untuk kontrak peluncuran oleh perusahaan Arianespace, dan US$ 1,6 juta untuk pelayanan konsultasi dengan perusahaan asal Kanada, Telesat. “Pertanyaan selanjutnya, apakah satelit A2100A benar-benar terjadi kesalahan atau kegagalan teknis? Inilah yang sangat ditunggu publik Indonesia bahkan dunia karena kredubilitas lah yang menjadi taruhannya,” tegasnya. Untuk itulah, Gigih mendesak agar segera dilakukan audit forensik terhadap PT. Telkom.

Lockheed Martin telah merancang Telkom 1 dengan model satelit A2100A. Satelit A2100A mendukung berbagai aplikasi telekomunikasi, lalu lintas digital berkecepatan tinggi yang kompatibel dengan aplikasi VSAT (Very Small Aperture Terminal). Selain itu juga, satelit A2100A dikonfigurasi dengan transponder 24 C-Band dan 12 extended C-Band. Satelit Telkom 1 ternyata sangat vital bagi banyak hal, terutama adalah transaksi sektor keuangan. Teknologi yang terdapat pada Satelit Telkom 1 A2100A digunakan untuk kebutuhan layanan telekomunikasi yang menjangkau seluruh Indonesia khususnya, Asia Tenggara dan Australia Bagian Utara.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 6