EkonomiKolomOpini

Menggerakan Ekonomi Kerakyatan Berbasis Pariwisata Lokal

Wisatawan Mancanegara di Indonesia. (FOTO: Istimewa)
Wisatawan Mancanegara di Indonesia. (FOTO: Istimewa)

Oleh: Aji Setiawan*

NUSANTARANEWS.CO – Indonesia memiliki potensi besar dalam mengembangkan pariwisata dan produk-produk kreatif, potensi besar ini sangat beralasan karena bangsa ini memiliki kekayaan alam dan budaya yang menurut data World Economic Forum berada pada peringkat 39 dari 139 negara.

Indonesia tercatat memiliki 300 suku dan etnis, 27 persen dari 237 juta penduduknya berusia produktif serta memiliki 17.100 pulau. Potensi yang cukup besar ini harusnya mampu memberikan sumbangan yang cukup signifikan pada Product Domestic Bruto (PDB).

Sebagai bahan kajian sementara, data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) menyebutkan bahwa kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional pada tahun 2008 adalah 3,09 Persen meningkat menjadi 3,25 persen pada tahun 2009.

Berubahnya Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata menjadi Kementrian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjanjikan harapan baru bagi tumbuhnya pariwisata di satu sisi dengan produk-produk kreatif di sisi lain. Belum adanya pedoman-pedoman baku terhadap sektor-sektor ekonomi kreatif menjadikan kementrian ini belum bisa memaksimalkan potensinya.

Sejak digabungnya pariwisata dan ekonomi kreatif memang secara nyata di lapangan belum ada upaya yang terpadu untuk membuat keduanya saling mendukung sehingga mampu menciptakan multipler effect bagi tumbuhnya sektor pariwisata dan produk kreatif.

Saat ini objek wisata yang ada di Indonesia masih sangat jarang yang didesign agar sektor pariwisata dan ekonomi kreatif bisa maju bersama-sama dan tumbuh saling mendukung.
Dari sudut pandang manajemen pengelolaan, objek wisata berdiri sendiri dengan orang-orang yang menjual produk kreatif seperti cinderamata dan produk khas daerah setempat. Mengambil contoh objek wisata Pegunungan dan Pemandian Air Panas di Baturaden, Banyumas.

Dari sisi pengelolaan manajemen pariwisata dikelola oleh pemerintah daerah namun dari sisi pengelolaan produk ekonomi kreatif seperti penjualan cinderamata dilakukan oleh masyarakat setempat. Kelemahan utamanya adalah bahwa mereka yang jualan di objek wisata tersebut tidak diberikan tempat khusus oleh pengelola objek wisata tersebut.

Fenomena semacam ini juga terjadi di objek wisata lain, seperti Grand Canyon di Ciamis, Goa Lawa di Purbalingga, Pantai Petanahan di Kebumen dan hampir semua objek wisata berjalan seperti ini. Untuk memajukan pariwisata dan produk kreatif secara bersamaan perlu upaya untuk memadukan program pariwisata dan ekonomi kreatif menjadi satu paket.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Artinya objek wisata harus bekerjasama dengan orang-orang yang terlibat dalam penjualan cinderamata di objek wisata tersebut. Bahkan bukan hanya itu, harus diupayakan bahwa cindaramata yang diperjual belikan di objek wisata tersebut harus ikut mendongkrak meningkatnya kunjungan wisatawan pada objek tersebut.

Bicara tentang pariwisata tidak terlepas dari budaya secara umum termasuk adat istiadat dan juga produk khas daerah. Oleh karenanya penjual cinderamata dan produk khas daerah pada salah satu objek wisata harusnya ikut menjual identitas objek wisata atau budaya daerah setempat.

Sangat penting pengaruhnya untuk memperhatikan para penjual produk-produk kreatif pada objek wisata tertentu mendapatkan pelatihan bagaimana cara menjual yang baik bahkan jika penjual pun hendaknya menonjolkan budaya setempat dengan penguasaan logat daerah yang mumpuni jika perlu menggunakan seragam objek wisata setempat atau pakaian khas daerah setempat.

Perhatian pemerintah sebagai pihak yang berkepentingan untuk menaikkan kontribusi pariwisata dan ekonomi kreatif harus ditunjukkan dengan keterpaduan program semacam ini. Keterpaduan program selanjutnya adalah persoalan menyatunya sektor-sektor ekonomi kreatif dengan objek wisata.

Saat ini pemerintah menggolongkan sektor ekonomi kreatif ke dalam 14 sektor antara lain: periklanan (advertising); arsitektur; pasar barang seni; kerajinan; desain (design); pakaian (fashion); permaianan interaktif (game); music; seni pertunjukan; video, film dan fotografi; penerbitan dan percetakan; layanan computer dan piranti lunak (software); televisi dan radio serta riset dan pengembangan. Objek wisata yang memiliki wahana wisata yang terpadu dengan 14 sektor tersebut akan sangat membantu pengambangan industri kreatif.

Banyak objek wisata di tanah air belum memadukan antara wahana wisata dengan 14 sektor ekonomi kreatif yang mungkin bisa dilakukan di objek tersebut. Pada satu objek wisata tentunya bisa dipakai untuk media periklanan, menampilkan produk arsitekur rumah daerah, membangun pasar seni dan kerajinan, menampilkan fashion khas daerah, membuat video-video dokumenter, menampilkan seni music dan pertunjukan khas daerah dan menunjang sektor yang mungkin ada di objek wisata tersebut.

Segala bentuk usaha, aktivitas dan kreativitas yang dapat mendatangkan nilai ekonomi, mempunyai regulasi tersendiri berupa UU dan regulasi di bawahnya yang menjadi legal formal dalam mendorong segala bentuk usaha ekonomi kreatif dapat tumbuh kembang dengan baik.Kegiatan ekonomi kreatif harus punya satu goal yang jelas. Contohnya, kegiatan advertising, bagaimana sebuah produk kuliner, fashion, kerajinan dan sebaginya, dapat dikenal masyarakat melalui sebuah advertising yang menarik, sehingga masyarakat tertarik untuk mengonsumsinya.

Baca Juga:  Dukung Peningkatan Ekonomi UMKM, PWRI Sumenep Bagi-Bagi Voucher Takjil kepada Masyarakat

Jawa Tengah mempunyai banyak potensi lokal yang dapat digali. Tinggal bagaimana sentuhan kreativitas dan seni, sehingga sebuah produk tampil lebih menarik. Masyarakat—utamanya generasi muda—diharapkan berperan aktif dengan berkreativitas dan memunculkan potensi lokal daerah yang dimilikinya. Berbekal ilmu pengetahuan dari berbagai macam disiplin ilmu, diharapkan bisa mengolah potensi yang ada, sehingga layak jual dan bisa bersaing dipasar global.

Ada 35 kabupaten/kota di Jawa Tengah, memiliki produk unggulan tersendiri. Seperti batik pada masing-masing daerah yang memiliki corak tersendiri. Semisal, motif tembakau di Temanggung, daun jati dan barong Blora, dan kain troso Jepara. Selain batik, banyak pula dijumpai kuliner yang bervariasi. Misalnya saja, tiwul, getuk ireng, capeng, dodol tjemani, gula semut, pisang greget, dawet ayu, dan lainnya.

Agar semua potensi lokal dapat tumbuh kembang dengan baik, perlu dukungan pemerintah daerah melalui kepala daerah dengan regulasinya. Agar potensi yang ada bisa dipakai atau dikonsumsi masyarakat di lingkungan daerah tersebut. Contohnya, batik Banyumas dipakai sebagai seragam para PNS di Banyumas.

Kekayaan alam dan budaya merupakan komponen penting dalam pariwisata di Indonesia. Alam Indonesia memiliki kombinasi iklim tropis, 17.508 pulau (yang 6.000 di antaranya tidak dihuni) serta garis pantai terpanjang ketiga di dunia setelah Kanada dan Uni Eropa. Indonesia juga merupakan negara kepulauan terbesar dan berpenduduk terbanyak di dunia. Sektor pariwisata dianggap sebagai lahan strategis untuk mempercepat laju ekonomi. Pariwisata diyakini sebagai cara yang tepat dan cepat untuk mensejahterakan rakyat.

Pengembangan sektor pariwisata dapat memberikan multifier effect (efek ganda) kepada masyarakat. Selain menciptakan iklim perjalanan dan pengalaman, wisatawan yang datang ke objek wisata juga akan menggerakkan ekonomi kreatif di daerah tersebut. Sektor pariwisata dapat melibatkan orang dari berbagai latar belakang. Mulai dari door boy di sebuah hotel hingga pada bagian yang lebih tinggi berbasis teknologi informasi (IT). Itulah mengapa, sektor pariwisata mampu menyerap tenaga kerja cukup banyak. Pada tahun 2013, sektor pariwisata dapat menyerap sekitar 10,13 juta tenaga kerja atau sekitar 8,80 persen dari total angka tenaga kerja secara nasional. Hingga akhir tahun lalu, sektor pariwisata juga menjadi penyumbang devisa terbesar, sesudah sektor migas dan tambang, yaitu sebesar USD 9,1 miliar.

Baca Juga:  UKW Gate Tak Tersentuh Media Nasional

Wamenparekraf juga menyampaikan kumpulan data, betapa sektor pariwisata sangat menguntungkan Indonesia, termasuk berhasil menggerakkan roda kreativitas dan ekonomi di daerah. Ekonomi kreatif tumbuh sebesar 5,76 persen pada 2013. Angka tersebut masih di atas laju pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional, yang hanya sekitar 5,74 persen. Persentase penyerapan tenaga kerja di sektor ekonomi kreatif tersebut mendudukkan urutan keempat setelah sektor pertanian, peternakan dan kehutanan. Besarnya potensi wisata di Indonesia ini harus disinergikan dengan strategi khusus untuk mendongkrak laju ekonomi nasional. “Indonesia ini sangat kaya tempat wisata. Baik wisata budaya (culture tourism) maupun wisata alam (nature tourism) yang tersebar di lebih dari 16 ribu pulau.

Sektor perjalanan dan pariwisata Indonesia mengalami peningkatan dalam kontribusinya terhadap perekonomian, sebesar 8,4 persen di tahun 2013. Pertumbuhan yang dialami ini merupakan yang terbesar di antara negara-negara anggota G20 berdasarkan hasil riset World Travel & Tourism Council (WTTC), otoritas global dalam industri perjalanan dan pariwisata. Economic Impact Report tahun 2014 yang dikeluarkan WTTC menunjukkan bahwa di Indonesia terdapat pertumbuhan pengunjung Internasional sebanyak 15,1 persen dan pertumbuhan ekonomi 7,2 persen dalam pariwisata domestik tahun lalu.

Ini merupakan tahun yang fantastis bagi perjalanan dan pariwisata di Indonesia yang mengalami perluasan dalam hal pendapatan ekspor yang didapat dari pengunjung internasional yang juga didorong oleh perubahan nilai rupiah terhadap dolar AS. Laporan WTTC juga menyebutkan perjalanan dan pariwisata berkontribusi sebesar US$ 7 triliun ke perekonomian global dan diharapkan akan berkembang di tahun 2014 sebesar 4,3 persen. Perjalanan dan pariwisata diprediksi akan terus mengalami pertumbuhan selama sepuluh tahun ke depan sebesar lebih dari 4 persen setiap tahunnya dan lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan industri lain. Pada akhirnya, sinergitas antara peran pemerintah dan masyarakat adalah kunci untuk membangun serta memajukan sektor pariwisata Indonesia. Keberhasilan sinergi tersebut akan berdampak pada peningkatan laju pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat Indonesia.

*Aji Setiawan, Pemerhati masalah sosial, ekonomi dan politik, tinggal di Purbalingga, Jawa Tengah.

Related Posts

1 of 3,151