EkonomiFeatured

Mengenal Revolusi Industri Keempat

NUSANTARANEWS.CO – Saat ini dunia tengah memasuki globalisasi gelombang ketiga dengan ditandainya revolusi industri keempat (Industry 4.0) atau Fourth Industrial Revolution yang menggejala di seluruh penjuru dunia.  Pada tahap ini yakni revolusi industri keempat akan terjadi fenomena massal rontoknya kelas menengah atas diseluruh dunia. Diprediksi akan akan banyak perusahaan-perusahan besar gulung tikar.

Revolusi industri keempat merupakan era digital ketika semua mesin terhubung melalui sistem internet atau cyber system. Situasi membawa dampak perubahan besar di mastarakat. Contoh kasus, televisi yang selama ini menjadi satu-satunya produksen hiburan dan informasi berlahan mulai ditinggalkan.

Sebaliknya banyak konsumen (publik) yang justru beralih ke kanal media sosial (youtube, Instagram dll). Baik dalam beriklan produk, mencari informasi, hiburan dan lain-lain. Inilah gejala baru revolusi industri keempat.

Dalam era yang baru, persaingan semakin keras. Pengusaha nasional Chairul Tanjung menyebut the winner takes all, pemenang mengambil semuanya. Jadi akan banyak yang tergilas.

Dengan era teknologi ini, ada fenomena yang perlu diperhatikan. The winner takes all, pemenang selalu mengambil keseluruhan pasar. 10-20 tahun lagi dunia akan menghadapinya. Sekarang misalnya Google bisa mengambil alih keseluruhan, Yahoo kalah.

Baca Juga:  Membanggakan di Usia 22 Tahun, BPRS Bhakti Sumekar Sumbang PAD 104,3 Miliar

Tak jauh berbeda dengan revolusi-revolusi industri sebelumnya, revolusi industri keempat juga sama pentingnya. Secara umum, definisi revolusi industri adalah ketika kemajuan teknologi yang besar disertai dengan perubahan sosial ekonomi dan budaya yang signifikan.

Pada revolusi industri pertama, dari akhir 1700 sampai pertengahan 1800an, menandai transisi dari pembuatan barang menggunakan tangan dengan beralih ke mesin. Dimulai di Inggris dan diadopsi di Belgia, Prancis, AS dan menjalar ke negara-negara lain.

Hal itu dimungkinkan dengan memanfaatkan tenaga air dan uap. Selanjutnya pengembangan peralatan mesin dan pabrik, yang menyebabkan perubahan besar-besaran. Yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Sementara revolusi industri kedua dimulai pada akhir 1800-an. Sebagian besar sebagai hasil dari penemuan listrik. Diantaranya era produksi massal dan jalur perakitan. Penyebaran teknologi yang luas seperti transportasi, telegraf, kereta api, gas dan air. Situasi ini menimbulkan pergerakan manusia dan informasi tidak seperti sebelumnya. Dan yang terpenting adalah menyebabkan produksi barang seperti mobil, pupuk dan minyak bumi.

Baca Juga:  Sekda Nunukan Hadiri Sosialisasi dan Literasi Keuangan Bankaltimtara dan OJK di Krayan

Kedua revolusi tersebut memiliki dampak sosial ekonomi dan budaya yang besar, beberapa baik, beberapa buruk. Kebutuhan dasar, seperti makanan dan pakaian, menjadi lebih tersedia. Perdagangan meningkat. Populasi melonjak saat orang berpindah dari daerah pedesaan ke kota.

Pada saat yang sama, polusi yang lebih banyak menyebabkan konsekuensi kesehatan yang serius, dan kondisi perburuhan yang tidak aman mengakibatkan keresahan pekerja.

Negara-negara yang mempelopori revolusi pertama mendominasi yang kedua juga. Namun Jerman, Jepang dan negara-negara lain juga menganut perubahan yang terakhir. Peran Amerika yang kuat membantu AS menjadi pemimpin global di bidang manufaktur, yang menjadikan ekonomi terbesar di dunia pada tahun 1913.

Sementara itu, revolusi industri ketiga muncul saat pengenalan komputer dan elektronik digital lainnya di tahun 1950an. Di antara perubahan kunci adalah otomasi, yang menyebabkan kenaikan Cina.

Tugas dan keterampilan skill tak lagi menjadi primadona, ketika perakitan, diserahkan ke mesin. Dari sudut pandang konsumen dan budaya, era ini sering teridentifikasi dengan perubahan mendalam akibat diperkenalkannya televisi dan komputer pribadi.

Baca Juga:  Ramadan, Pemerintah Harus Jamin Ketersediaan Bahan Pokok di Jawa Timur

Selama revolusi ketiga, AS mulai menyerahkan peran pabrikan utamanya ke Cina karena perusahaan tersebut menginvestasikan produksi dan pendidikan industri dan meredakan kebijakan perdagangan yang ketat. Untuk AS, itu berarti pabrik tekstil dan pabrik baja ditutup, menyebabkan hilangnya lebih dari empat juta pekerjaan manufaktur.

Namun, manufaktur tetap menjadi bagian integral dari ekonomi AS, yang mempekerjakan hampir 13 juta orang dalam produksi elektronik, mobil, pesawat terbang, minyak olahan, plastik, farmasi dan banyak lagi.

Nah saat ini, era itu mulai tergerus dengan lahirnya era digital yang menjadi penanda era globalisasi gelombang ketiga, dengan meletusnya revolusi industri keempat.

Pewarta/Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 13