Membaca Diplomasi Perang AS Terhadap Venezuela

Membaca Diplomasi Perang AS
Membaca Diplomasi Perang AS terhadap Venezuela. Tampak kapal rumah sakit USNS Comfort dalam misi ke Venezuela.

NUSANTARANEWS.CO – Membaca diplomasi perang Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela. Komandan Komando Selatan AS (US SOUTHCOM), Laksamana Craig Faller mengabarkan bahwa kapal rumah sakit USNS Comfort akan transit di dekat pantai timur laut Venezuela dalam pelayarannya menuju ke Trinidad dan Tobago setelah singgah di Panama.

Kapal yang tidak diketahui persenjataannya itu, memiliki helipad untuk menampung helikopter tempur dan mampu membawa satu batalyon marinir bersenjata lengkap. Kapal dengan 1.300 staf dan awak ini telah berpengalaman dalam berbagai medan tempur, termasuk dalam Perang Teluk (1990-1991) dan Perang Irak (2003).

Sejak akhir 2018, kapal rumah sakit ini telah dikerahkan ke Amerika Latin dengan misi “membantu” para pengungsi Venezuela yang tersebar di negara-negara tetangga. Dengan payung Konvensi Jenewa, AS memanfaatkan fasilitas USNS untuk “menolong” orang-orang Venezuela dengan aman – karena berdasarkan konvensi Jenewa menembak kapal rumah sakit dapat diklasifikasikan sebagai kejahatan perang.

Seperti diketahui, Venezuela kini tengah dilanda krisis politik sejak bulan Januari lalu ketika terjadi upaya kudeta oleh kelompok oposisi bentukan AS yang dipimpin Juan Guaido untuk menggulingkan Presiden Nicolas Maduro yang terpilih kembali menjadi secara demokratis.

Tapi anehnya, AS dan negara-negara pendekar demokrasi justru menolak kepemimpinan Maduro, bahkan memfitnah presiden pribumi yang bersahaja itu sebagai seorang diktator. Bahkan menuduh kader Bolivarian itu melakukan kecurangan pemilu.

Apa salah Maduro sehingga AS begitu keras berupaya menggulingkannya? Bila kita cermati kasus mutakhir seperti penggulingan Presiden Irak Saddam Hussein dan pembunuhan Pemimpin Libya Muammar Qaddafi, termasuk upaya menjatuhkan Presiden Suriah Bahsar al Assad – ada kemiripan modus para pemimpin tersebut yang dibenci oleh AS yakni: meninggalkan dolar dan keluar dari sistem keuangan global AS. Sementara Maduro sendiri sudah tiga tahun lebih tidak menggunakan dolar dalam transaksi minyaknya, dan bagi AS itu merupakan pelanggaran berat yang harus diberi hukuman.

Diplomasi perang Uncle Sam ini sebetulnya merupakan sinyal keras terhadap lawan maupun kawan – khususnya di kawasan Amerika Latin yang masih tidak patuh dengan keinginan AS – bahwa mereka dapat bernasib sama dengan Venezuela. Sama seperti halnya Balkanisasi dan pembantaian brutal terhadap warga Eropa tenggara oleh NATO: adalah sebuah pesan jelas kepada negara-negara Eropa.

Tidak mengherankan bila Kanada sebagai pendekar demokrasi global dari pendukung Maduro kemudian dengan cepat beralih memusuhi menjadi pendukung oposisi terdepan, termasuk sebagian besar negara-negara Eropa yang berada dalam ancaman moncong senjata NATO.

Sementara Rusia dan Cina, serta lebih banyak negara dunia lainnya tetap medukung kepemimpinan Maduro sebagai satu-satunya presiden yang sah di negara itu. (Agus Setiawan)

Exit mobile version