Puisi

Mantra Pengasih, Keranda, Kesepakatan Gila, Maghrib dan Tanah Kandung

puisi, kumpulan puisi, puisi indonesia, penyair indonesia, nusantaranews, puisi karya, iqbal manglak
Menulis puisi. (Foto: Ilustrasi/hindayani.com)

Mantra Pengasih, Keranda, Kesepakatan Gila, Maghrib dan Tanah Kandung
Puisi-puisi karya Rofqil Junior

Mantra Pengasih

1//
dengan tubuh semerbak kasturi
kukirim ajian keleakian, sebagai pembuktian
pada yang diam dan perempuan
yang kerap berceloteh di perut jalan
tiap hari kian lantang

sedang arwah leluhur, kusebut
takut takut ada kemelut
hingga hilang jalan pulang
sebagai palung ia hanya
menunggu tiap yang datang

2//
dengan hati segigil embun di dasar daun
kukirim nikmat paling puncak, paling khusyuk
tepat malam malam rindang
malam bertandang dari rimbun hutan
hingga pagi lesat ke puncak

tinggal menunggu detik larut
yang hanya dengan dingin ingin bertaut
maka mantra mana lagi yang harus
menujum langit dan menyibak laut?
sedang jalanku tak sepenuhnya lurus.

 

Keranda

tiap kudengar desau bakar kemenyan
dan suara di toa pecah
;menyebut nama yang pantas

maka aku tak pernah diam
sebagaimana dahulu leluhur terbujur
menunggangiku bersama-sama

orang orang bersarung
dengan kenangan bersarang
mengiring ke pengasingan

sejenak puing tangis menyesaki beranda
suara di toa tak lagi menggema
senyap pun, tidak

sementara getar getar busuk menusuk
sesal menukik sampai rusuk
perlahan nyaring, lalu suntuk

betapa sesak jalan semacam ini
kenangan berserak dan tangis yang lampau
;ajal hanya beberapa jengkal

Kesepakatan Gila

dengan harapan yang sama kita panjatkan
tak satu pun lara kokoh di kepala
ada resah yang menjulang
setiap waktu tumbuh berulang

sebab berjalan terpejam, lebih mudah
dari memutar tanpa tujuan
;sakit sakit yang rekah
tiap datang hujan

rindu ini kukutuk, kali kesekian
berharap betah di sekujur badan
bersama doa Emak yang melipat
kenangan, menjemput tentram

kemudian kita bersepakat
mematikan hujan
tiap kangen begitu mengilukan
mengeraskan pegangan di pinggang

hingga gamang benar hilang
dan di pundak tak ada yang diam.

Maghrib

burung melesat gegas ke pucuk gaib
meruang di ketinggian beberapa jengkal dari sunyi
salak anjing nyaring mengawini musim
menakut nakuti bulan di tempat duduknya

siang padam, malam tandang dari hutan
petang bersemayam di ketinggian
angin masih semilir memburu hilir
sedang kumandang adzan kian tajam

(di barat, langit merah saga
setelak kepulangan matahari ke sangkar)

burung memburu sarang,
orang orang bersarung mengejar adzan
ke masjid, mushallah, ke mana saja
asal tuhan begitu dekat dan bisa diraba

sampai pekat tak menjadi sekat
sampainya doa berpuluh ikat
dan sunyi tak pernah sendiri
apabila maghrib mengundurkan diri

Tanah Kandung
–Giliyang

Giliyang desa jagung, kasih
Tempat meruang dan meraung paruh merpati
Kota melahirkan jarak, setelah lama
kaki berpijak

ladang panjang membentang
angin dan dingin bersepakat kala hujan
hijaubelukar, kutakar
memasuki kemarau yang kian busuk

sekian lama di kota, mesin pabrik
memamerkan kesibukan tak usai
kepul asap menyesaki ruang dada
jalan menyempit dipenuhi tiang listrik

suara merdu kakek pemanjat siwalan
raib ditelan jarak
sedang deru pesawat merobek langit kamar
di sini rantau! Rindu enggan selesai

kepergianku yang kesekian, kasih
adalah pulang, tapi tidak
pada palung

 

 

 

Penulis: Rofqil Junior adalah nama pena dari Moh Rofqil Bazikh. Lahir di pulau Giliyang Kecamatan Dungkek kab.Sumenep Madura pada 19 Mei 2002.Berdimisili di Gapura Timur Gapura Sumenep. Aktif di Kelas Puisi Bekasi dan Komunitas ASAP merupakan alumnus MA Nasy’atul Muta’allimin Gapura Timur Gapura Sumenep dan MTs Al-Hidayah Bancamara Giliyang. Tempatnya memulai berproses menulis. Essainya mendapat juara 1 dalam lomba Creative Student Day 2018. Puisinya mendapat juara 1 dalam lomba yang diadakan oleh PT Mandiri Jaya Surabaya sekaligus terangkum dalam antologi Surat Berdarah di Antara Gelas Retak (2019). Puisinya juga termaktub dalam antologi Dari Negeri Poci 9; Pesisiran (KKK;2019), Bulu Waktu (Sastra Reboan;2018), Banjarbaru Festival Literary (2019), Sua Raya (Malam Puisi Ponorogo; 2019), Dongeng Nusantara Dalam Puisi (2019). Saat ini sudah menulis puisi di berbagai media cetak dan online antara lain Suara Merdeka, Banjarmasin Post, Malang Post, Radar Malang, Radar Banyuwangi, Radar Cirebon, Radar Madura, Rakyat Sumbar, Radar Pagi, Kabar Madura, Takanta.id, Riau Pos, NusantaraNews.

Related Posts

1 of 3,052