NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Eksekutif Nasional Liga Mahasiswa Nasional untuk Demokrasi (LMND) memandang pendidikan Indonesia sudah melenceng jauh dari cita-cita kemerdekaan. Padahal, dalam Pembukaan UUD 1945 sudah digariskan bahwa pendidikan untuk melindungi segenap bangsa dan tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Pendidikan Indonesia telah berada di bawah dikte pasar. Perjanjian multilateral di antara negara-negara anggota World Trade Organization (WTO) telah menetapkan pendidikan sebagai salah satu sektor industri tersier. Produknya berupa jasa pendidikan yang diperjualbelikan. Pendidikan dengan demikian telah resmi menjadi komoditi ekonomi dan ditempatkan di bawah rezim pasar bebas,” kata LMND dalam konferensi pers, Jakarta, Senin (8/10/2018).
Mereka menjelaskan, pendidikan menjadi salah satu di antara sekian sektor yang mungkin untuk ditanami modal swasta. Konsekuensinya adalah semakin besar penetrasi modal internasional ke dalam penyelenggaraan pendidikan di Indonesia, mulai dari pendidikan dasar, menengah, dan tinggi, dan non formal.
“Tentu karena tujuan investasi modal tersebut adalah untuk mendapatkan laba, maka institusi pendidikan akan berubah menjadi institusi bisnis, yang proses pengolaannya berorientasi pada laba,” katanya.
Sebagai industri yang spesifik, pendidikan tidak hanya menghasilkan output berupa produk jasa (komoditi), namun juga lulusan yang diolah dalam proses kependidikan untuk masuk ke pasar tenaga kerja.
“Di dalam praktik pendidikan Indonesia, tidak hanya aktivitas pendidikan yang diubah menjadi komoditi, peserta didik pun sebagian dari dirinya (tenaga kerja) dikondisikan menjadi komoditi,” papar LMND.
Adapun dampak dari ketertundukan pendidikan di bawah pasar bebas di antaranya. Pertama, disorientasi kesadaran peserta didik.
Kedua, praktik pendidikan semakin pragmatis. “Aktivitas pendidikan berfokus pada pelatihan keterampilan tertentu yang tentu saja disesuaikan dengan kebutuhan pasar,” katanya.
Ketiga, pendidikan mengalami kesulitan dalam mengambil peran sebagai sarana produksi pengetahuan. “Indonesia masih berada di peringkat 85 dalam Indeks Inovasi Dunia,” kata organisasi ini.
(gdn/bya/eda)
Editor: Banyu Asqalani