NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Peneliti Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Ratih Pangestuti menegaskan bahwa organisme laut adalah sumber senyawa bioaktif yang dapat digunakan sebagai kandidat agen antikanker.
LIPI terus meneliti dan mengembangkan bahan aktif untuk mencegah kanker di Indonesia. Melihat besarnya potensi laut dan sumber dayanya, LIPI mengambil bahan aktif tersebut dari organisme laut, seperti teripang dan spons yang memang dikenal sebagai sumber biota dalam pencegahan kanker.
“Indonesia dengan keanekaragaman hayati laut yang melimpah, seperti spons laut, kelinci laut, tunikata, karang lunak, rumput laut hingga moluska yang dapat menjadi kandidat agen antikanker, memiliki potensi yang besar untuk mengembangkan bahan antikanker dan sumber pangan untuk pencegahan kanker,” kata Ratih Pangestuti dalam konferensi pers di gedung LIPI, Jakarta, Senin (4/2) kemarin.
Dia menyampaikan, saat ini LIPI bekerjasama dengan perusahaan farmasi asal Spanyol, Pharma Mar untuk pengembangan bahan baku obat dari organisme laut tersebut.
Lebih lanjut dia menyampaikan, konsep pangan untuk pencegahan penyakit kanker dimaksudkan sebagai pangan atau komponen makanan yang berfungsi untuk meningkatkan kondisi ketahanan tubuh dan mengurangi resiko terjangkitnya berbagai macam penyakit, termasuk kanker.
Badan Kesehatan Dunia, terangnya, memperkirakan terdapat 18,1 juta kasus kanker baru dan 9,6 juta kematian yang terjadi pada 2018. Sehingga hasil Riset Kesehatan Dasar Kementerian Kesehatan mengungkapkan prevalensi kanker meningkat dari 1,4 persen pada 2013 menjadi 1,8 persen pada 2018. “60 persen obat antikanker berasal dari alam dan empat obat antikanker komersial berasal dari laut,” ujar Ratih.
Sejumlah organisme laut yang berpotensi untuk bahan antikanker dan pencegahan kanker yang diteliti LIPI saat ini, jelasnya, adalah spons laut, seperti jenis Melophlus sarassinorum asal perairan Makassar, mikroba yang berasosiasi dengan spons laut dan mikroba laut dalam, teripang, termasuk teripang pasir dan teripang emas, ikan dan alga.
“Saat ini LIPI mengoleksi 50 jenis teripang untuk melakukan identifikasi senyawa aktifnya dan aktivitas antikanker,” katanya.
Selain sebagai bahan antikanker, sambungnya, fauna laut juga dapat menjadi sumber pangan untuk mencegah kanker, contohnya adalah makroalga atau rumput laut dan ikan.
“Senyawa antikanker potensial dari rumput laut antara lain klorofil, karotenoid, asam fenol, mycrosporine like amino acid (MAA), flavonoid, alkaloid, saponin, dan polisakarida tersulfasi,” jelas Ratih.
Ia menambahkan spons laut dan teripang memiliki potensi besar untuk pengobatan kanker, sementara alga dan ikan berpotensi untuk pencegahan kanker. Untuk pengobatan tersebut, bahan aktif itu bisa antara lain untuk membunuh sel kankernya atau mencegah metastasis kankernya.
“Spons laut dapat digunakan sebagai bahan antikanker untuk kanker leukimia, sementara teripang dapat digunakan sebagai bahan antikanker untuk kanker payudara dan kanker ovarium,” jelasnya.
“Harga teripang emas di Hong Kong bisa sampai puluhan juta rupiah per kilogram dan Indonesia masih terbatas jadi eksportir saja dan produk teripang yang sudah jadi suplemen malah datang dari luar,” imbuhnya.
Sementara bahan aktif untuk pencegahan kanker dengan memanfaatkan organisme laut ditujukan untuk memadamkan radikal-radikal bebas dalam tubuh dan meningkatkan ketahanan tubuh. “Radikal bebas ini kalau terus menerus ada di dalam tubuh kan akan merusak makromolekul, seperti DNA, protein, lemak yang dapat memicu kanker,” kata Ratih.
Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.