Mancanegara

Lihat Tangan Kotor AS Kembali Memicu Arab Spring di Irak

Lihat Tangan Kotor AS Kembali Memicu Arab Spring di Irak
Lihat Tangan Kotor AS Kembali Memicu Arab Spring di Irak/Foto: morningstrar

 

NUSANTARANEWS.CO – Lihat tangan kotor AS kembali memicu Arab Spring di Irak. Juru bicara kementerian dalam negeri Irak Saad Maan membantah pasukan keamanan menggunakan tembakan langsung terhadap pengunjuk rasa, dan menambahkan bahwa “tangan jahat” telah menargetkan warga Irak, polisi, dan pasukan pemerintah lainnya.

Kekerasan yang terjadi dalam aksi protes di Baghdad dan di tempat lain di Irak, telah menewaskan lebih dari 100 orang, dan melukai ribuan lainnya, termasuk pasukan keamanan. Sebuah peristiwa yang mirip dengan kekerasan yang terjadi di Ukraina rancangan Amerika Serikat (AS) pada 2013 lalu.

Dalam peristiwa kekerasan tersebut, Presiden Rusia Vladimir Putin dan Ukraina, Yanukovich, disalahkan atas penembakan oleh sniper yang menewaskan sedikitnya 100 orang pengunjuk rasa, dan melukai ratusan lainnya.

Belakangan Menteri Luar Negeri-Estonia Urmas Paet mengatakan: “Sekarang ada pemahaman yang lebih kuat bahwa di belakang penembak jitu itu bukan Yanukovich. Penembak-penembak jitu kemungkinan itu pembunuh bayaran yang direkrut oleh CIA. Semua bukti menunjukkan mereka menembaki orang-orang dari kedua sisi. Mereka menargetkan polisi dan pengunjuk rasa. Bahkan ada bukti foto-foto terkait penembakan tersebut.”

Baca Juga:  Artileri Berat Korea Utara Dalam Dinas Rusia Dikonfirmasi

Lalu bagaimana dengan aksi protes di Hongkong yang mulai berkepanjangan, di mana dengan kasat mata para aktor-aktor lokal demonstran telah bertemu dengan tangan-tangan rezim AS, baik pejabat Kongres maupun konsuler di kota?

Rakyat Irak memang sudah lama hidup menderita, dimiskinkan, tiada lapangan pekerjaan, serta kurangnya pelayanan publik bagi kehidupan warganya. Ini adalah sebuah ironi di negara yang kaya minyak dengan cadangan terbesar kelima di dunia. Dan hal inilah yang kemudian menjadi pemicu kekerasan yang membawa ribuan korban, pembakaran puluhan bangunan, dan saling serang dengan kibaran bendera merah.

Apakah tangan kotor AS terlibat? Boleh jadi kerusuhan di Baghdad merupakan tekanan AS kepada pemerintah Irak untuk menunjukkan kesetiaannya kepada Washington.

Washington marah karena Perdana Menteri Irak Adel Abdul Mahdi menyalahkan Israel atas pemboman di Irak. Belum lagi rencana pembelian pertahanan udara S-400 Rusia dan perangkat keras militer lainnya dari negara itu. Ditambah kemitraan dengan Cina untuk membangun infrastruktur penting dengan imbalan minyak, serta lebih memilih perusahaan Jerman untuk proyek pembangkit listrik di Irak – meninggalkan AS.

Baca Juga:  Ukraina Mengakui Ketergantungannya Pada Bantuan Barat

Washington juga marah dengan normalisasi hubungan Iran-Irak. Apalagi Baghdad sangat tergantung pada Teheran untuk gas alam dan listrik. Mahdi memang berusaha tetap netral untuk menghindari konflik regional yang lebih besar bila bergabung dengan aliansi AS, Israel dan Saudi melawan Iran. Sehingga semua hal itu membuatnya rentan.

Berbagai sumber independen percaya bahwa Washington berada di belakang aksi protes untuk mengacaukan Irak – bahkan menciptakan musim semi di Irak. Menurut surat kabar berbahasa Arab al-Akhbar yang berbasis di Lebanon, Washington telah merencanakan kekerasan dan kekacauan yang berkelanjutan di Irak beberapa bulan sebelumnya.

Betapa tidak, bila demonstrasi yang seharusnya berjalan damai dan sah karena memang merupakna hak untuk mengekspresikan ketidakpuasan – tiba-tiba memakan korban  16 anggota pasukan keamanan tewas bersama dengan puluhan warga sipil, dan banyak bangunan pemerintah dibakar, dan dihancurkan. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,051