NUSANTARANEWS.CO – Selama dua dekade terakhir, China telah memberikan kontribusi sekitar 30 persen terhadap pertumbuhan global dan memainkan peranannya untuk menjadi motor perekenomian dunia kembali tumbuh positif setelah mengalami resesi keuangan global pada 2008 silam. Sejauh ini, di bawah kepemimpinan Xi Jinping, China secara umum dipandang dunia sebagai pemecah masalah-masalah keuangan dan perekonomian dunia sehingga negara komunis itu mampu mempengaruhi global.
KTT Davos yang akan berlangsung 17-20 Januri 2017 merupakan langkah lanjutan China untuk menawarkan ide globalisasi ekonomi yang lebih inkulsif. Sejauh ini, ide globalisasi inklusif mendapat apresiasi dari IMF dan Bank Dunia. Tak tanggung-tanggung, IMF dan Bank Dunia yang selama ini menajdi tumpuan keuangan global secara terang-terangan mendukung ide dan gagasan China.
Kantor berita Xinhua menyebut bahwa kehadiran Xi tepat di saat dunia sedang berada pada titik kritis. Ide globalisasi ekonomi yang inklusif yang diusung Xi dinilai mampu membentuk kondisi dunia menuju yang lebih baik untuk semua umat manusia yang sebelumnya pernah terjadi dalam sejarah.
Globalisasi ekonomi inklusif yang ditawarkan China di KTT Davor adalah paketan solusi untuk memperbaiki sistem pemerintah global yang kini tengah sakit dan nyaris sekarat. Dengan membangun konsep komunitas senasib (community of shared destiny), Xi berusaha memperbaiki masa depan bersama untuk semua umat manusia.
Sejak menjabat, Xinhua mengklaim Xi telah melakukan sejumlah upaya untuk membangun perekonomian dunia yang ramah lingkungan dan bebasis inovasi guna mengurangi tingakt kemiskinan yang sudah sampai pada titik nadir. Dunia kini tengah berada dalam situasi batas, sehingga Xi amat berkepentingan agar China tampil sebagai solusi untuk umat manusia di seluruh dunia mengusung program The Silk Road Economic Belt and the 21st-century Maritime Silk Road guna menciptakan koridor ekonomi skala global yang membentang lebih dari 60 negara.
Program ambisius China ini bahkan menyentuh segala aspek kehidupan, seperti politik, ekonomi, keuangan, perdagangan, pemerintahan yang bersih, kesehatan, energi ramah lingkungan, hingga bidang olahraga. Xinhua menyebut, usaha Xi mencerminkan visi membangun sebuah komunitas bersama untuk kepentingan semua orang yang dipupuk dari kebijaksanaan China kuno yang sangat menghargai harmoni, perdamaian, kesetaraan dan kebaikan bersama.
Selain itu, Xinhua juga menyebutkan bahwa skema one belt one road initiative dan AIIB telah mampu meningkatkan pembangunan infrastruktur masif di berbagai negara guna meningkatkan jalur perdagangan. Dan, kata Xinhua, program China ini telah didukung lebih dari 100 negara dan organisasi internasional.
Seorang senior ahli hubungan internasional China Renmin University, Wang Yiwei mengatakan bahwa peningkatan infrastruktur merupakan kunci untuk mengurangi kemiskinan dan berbagai manfaat dari globalisasi. “Itu adalah bagian dari rahasia keberhasilan China dalam kurun waktu 30 tahun terakhir,” kata Wang.
Ambisi Xi untuk membangun dunia yang lebih baik sebetulnya sejalan dengan roadmapnya untuk membangun kebangkitan China di mata dunia. Community of shared destiny sebagai sebuah komunitas internasional yang dibangun Xi merupakan langkah maju untuk merangkul negara-negara dunia, terutama yang dilewati Jalur Sutra Maritim Abad 21. Sehingga wajar kalau kemudian publik dunia melihat dengan jelas betapa Xi terus menggalang hubungan diplomatik dan kunjungan-kunjungan kenegaraan ke sejumlah negara sembari menawarkan ide dan gagasannya tentang masa depan dunia. Community of shared destiny, menurut Xi, menekankan empat prinsip yakni persahabatan, ketulusan, saling menguntungkan dan inklusivitas. (Sego/ER)