Kim Jong-un Diklaim Setuju Melakukan Denuklirisasi, Media Korea Utara Bungkam

Perjamuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un bersama ilmuwan nuklirnya di Pyongyang. (Foto: Rex Shutterstock)

Perjamuan pemimpin Korea Utara, Kim Jong-un bersama ilmuwan nuklirnya di Pyongyang. (Foto: Rex Shutterstock)

NUSANTARANEWS.CO, Seoul – Kabar pemimpin Korea Utara Kim Jong-un yang akan menggelar dialog dengan Presiden Amerika Serikat Donald Trump segera menjadi bahan pemberitaan media-media di seluruh dunia sepekan terakhir. Hal itu seakan mengindikasikan Korea Utara mulai melunak dengan keinginan AS soal penghentian program senjata nuklir negara beribukot Pyongyang.

Namun, pemberitaan sejumlah media Korea Utara justru sama sekali tak mengangkat kabar super penting tersebut. Media-media Korea Utara hanya memberitakan tentang pertemuan Kim dengan delegasi senior Korea Selatan awal pekan lalu.

BACA JUGA: AS Tingkatkan Sanksi, Korea Utara Malah Mengerahkan Rudal Nuklirnya

Sejumlah media barat menyebut Kim mau mengikuti keinginan AS untuk menghentikan program senjata nukir atau denuklirisasi dan menangguhkan uji coba rudal.

Koran Rodong Sinmun misalnya, seperti dilansir Reuters hanya memberitakan tentang pertemuan Kim dengan pejabat Korea Selatan.

“Korea Utara belum membuat pengumuman mengenai dua Korea yang mengadakan KTT pada bulan April,” kata Kang Mi-jin yang bekerja di CNN Daily di Seoul.

Kedua negara Korea rencananya akan mengadakan pertemuan tingkat tinggi pada April mendatang guna membahas ketegangan di Semenanjung Korea yang sudah berlangsung sejak tahun lalu.

BACA JUGA: Kim Umumkan Korea Utara Sebagai Negara Pemilik Nuklir Terkuat di Dunia

Di Korea Utara, pemimpin tidak akan memutuskan untuk melepaskannya ke media sampai mereka tahu pasti KTT tersebut sedang terjadi,” kata seorang profesor di Akademi Diplomatik Nasional Korea di Seoul, Shin Beom-chul.

Kabar tentang Kim yang disebut-sebut mau melakukan denuklirisasi ini bisa jadi merupakan sebuah propaganda agar Pyongyang menghentikan total kegiatan pembangunan senjata nuklirnya. Sebab, negara komunis itu diketahui telah hampir sempurna (90%) pembangunan senjata pemusnah massal tersebut.

Editor: Eriec Dieda

Exit mobile version