NUSANTARANEWS.CO – Ketoprak riwayatmu kini. Dalam khazanah panggung pertunjukan kesenian lokal di Indonesia, ketoprak merupakan salah satu bentuk hiburan rakyat masyarakat Jawa yang boleh dibilang telah menasional.
Dalam sejarahnya, ketoprak pertama kali muncul pada tahun 1920 di Solo, dan baru populer tahun 1950-an di Yogyakarta.
Pada prinsipnya Ketoprak merupakan jenis opera (sandiwara) yang tumbuh dan berkembang di Jawa Tengah. Musik gamelan dan selingan lagu gending Jawa menjadi identitas kuat pada pementasan ketoprak.
Kesenian rakyat ini, mulanya diciptakan oleh sekelompok orang luar kerajaan yang membuat sebuah panggung dan memainkan sebuah drama dengan bumbu komedi di dalamnya. Pada saat itu, musik pengiring yang masih menggunakan lesung dan alu yang biasanya di gunakan oleh masyarakat sebagai penumbuk padi.
Sekitar akhir tahun 1990-an, pertunjukan seni yang berakar di Jawa Tengah ini sempat menjadi salah satu budaya populer Indonesia. Lantaran ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta.
Cerita yang di bawakan dalam pertunjukan ketoprak rata-rata bersetting cerita kerajaan, cerita rakyat, bahkan permasalahan sehari-hari yang di alami oleh masyarakat. Pertunjukan ketoprak juga selalu menggunakan tembang dalam menyampaikan ekspresinya. Oleh karena itu, para pemain ketoprak tidak hanya dituntut untuk pandai berakting saja, melainkan juga harus pandai bernyanyi dan menari.
Uniknya, para pemain ketoprak biasanya hanya diberitahu garis besar ceritanya saja. Sehingga para pemain ketoprak harus pandai berimprovisasi dan membuat suasana panggung menjadi menarik selain kostum dan tarian yang menambah kemeriahan pertunjukan. Tak hanya itu, alat-alat musik tradisional seperti kendang, saron, ketuk, kenong, kempul, gong, gamelan, suling, dan terbang juga ikut berkontribusi dalam menghidupkan suasana pertunjukan.
Sejak diangkat di layar kaca, kesenian ketoprak pernah berjaya pada masanya. Rating tinggi pun kerap didapat setiap kali tayang. Namun jauh sebelum itu, ketoprak telah eksis dari panggung ke panggung di Jawa Tengah, hingga ke sebagian Jawa Timur.
Namun, kejayaan kesenian lokal ini terus tergerus seiring dengan perkembangan zaman dewasa ini. Arus budaya populer yang deras ke Indonesia dan semakin eksisnya dunia maya – menjadikan ketoprak yang dulunya diminati banyak penonton kini perlahan mulai redup.
Meski begitu, pertunjukan ketoprak masih eksis. Seperti ketoprak “Siswo Budoyo” di Tulungagung, Jawa Timur yang terus beradaptasi dengan pembaruan teknis yang sangat baik untuk pertunjukkannya sehingga tetap memiliki daya tarik yang kuat bagi para penggemarnya. Bahkan masyarakat luas kini dapat memanfaatkan teknologi untuk menikmatinya sekaligus mewariskan kepada generasi mendatang. (Alya)