Rubrika

Kemenag Gembleng Mahasiswa UIN Banten Tentang Moderasi Beragama

kemenag, gembleng mahasiswa, uin banteng, moderasi beragama, nusantaranews
Kepala Sub Direktorat Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam DItjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Ruchman Basori. (Foto: Istimewa)

NUSANTARANEWS.CO, BantenMahasiswa UIN Banten digembleng Kemenag terkait moderasi beragama untuk mempertegas bahwa Indonesia sebagai nation state dibangun oleh para pendiri bangsa (the founding fathers) dari berbagai latar belakang suku, agama dan golongan.

“Kenyataan itu harus disadari bersama bahwa kita adalah bangsa yang plural,” kata Kepala Sub Direktorat Sarana Prasarana dan Kemahasiswaan Direktorat Pendidikan Tinggi Agama Islam DItjen Pendidikan Islam Kementerian Agama, Ruchman Basori seperti keterangannya, Kamis (15/8/2019).

Namun belakangan ini, kata Ruchman, ada sekelompok orang yang ingin mempertanyakan kembali konsensus kebangsaan, Pancasila Bhineka Tunggal Ika, NKRI dan UUD ’45.

“Mereka menyebut Pancasila itu toghut dan tidak sesuai ajaran Islam, karenanya harus diganti dengan khilafah,” terangnya.

Masalah lain yang dihadapi bangsa ini, lanjut dia, ialah adanya kelompok yang sering melakukan klaim kebenaran keagamaan (truth claim) dan menganggap dirinya yang paling benar.

“Kelompok ini kalau dibiarkan berkembang menjadi kelompok yang sering mengkafir-kafirkan pihak lain (takfiri), apabila berbeda paham dan keyakinan dan ini sangat membahayakan,” kata Ruchman.

Baca Juga:  Makan Siang Bareng Cagub Khofifah, Ribuan Buruh Kedawung Kompak Dukung Dua Periode

Dia meminta mahasiswa supaya terus belajar menjadi mahasiswa yang cerdas dan tidak gampang menerima informasi termasuk dalam hal keagamaan dari sumber yang tidak otoritatif.

“Anda semua menjadi pilar moderasi karenanya harus menggunakan critical thinking dalam setiap menerima informasi, apalagi soal keagamaan,” terangnya.

Kandidat Doktor Universitas Negeri Semarang ini meminta kepada mahasiswa UIN Banten untuk aktif menyuarakan paham-paham keagamaan yang moderat, terbuka dan toleran di tengah maraknya aksi-aksi radikalisme dan intoleransi yang menguasai media sosial.

“Gunakan media sosial untuk menebarkan makna hakiki agama sebagai pembawa rahmah bukan marah, yang merangkul bukan memukul sehingga umat merasa nyaman,” serunya. (rb/fka)

Editor: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 3,058