NUSANTARANEWS.CO, New York – Produksi listrik yang dihasilkan oleh pembangkit listrik tenaga batu bara di Amerika Serikat (AS) diperkirakan meningkat untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir akibat melonjaknya harga gas alam belakangan ini.
Seperti diketahui, Batubara telah lama menjadi sumber bahan bakar utama untuk jaringan listrik AS meskipun tidak ramah lingkungan. Memang dalam beberapa tahun terakhir, ketika gas alam masih sangat murah konsumsi batu bara AS terus menurun ke level terendah selama enam tahun berturut-turut hingga 2019.
Badan Informasi Energi (EIA) AS memperkirakan produksi tenaga listrik batubara akan meningkat 22 persen pada 2021 dibandingkan tahun lalu dan yang pertama sejak 2014.
EIA menyinggung permintaan listrik yang tinggi karena pembukaan kembali ekonomi dari pembatasan virus korona.
Badan itu juga mengatakan lonjakan harga gas alam menyebabkan perusahaan tenaga listrik lebih banyak menggunakan batubara karena harga bahan bakar itu relatif stabil.
Di West Virginia, negara bagian dengan produksi batubara yang besar, perusahaan tenaga listrik berencana untuk memperluas masa pakai pembangkit listrik tenaga batubara yang akan dihentikan.
Pemerintahan Presiden Joe Biden menempatkan langkah pencegahan perubahan iklim sebagai kebijakan prioritas dan bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil.
Para peserta konferensi perubahan iklim PBB, COP26, sepakat bahwa mereka akan mengurangi penggunaan pembangkit listrik tenaga batubara.
Namun, Badan Energi Internasional mengatakan Cina dan India lebih banyak menggunakan batubara dan memperkirakan produksi global pembangkit listrik tenaga batubara akan mencapai rekor tinggi pada tahun ini. (Banyu)
