Kemarau dan Cerita Hujan, Puisi karya Mim A Mursyid
Kemarau
Inilah kemarauku
Panas kerontang yang kaucipta di musim hujan
Dedaun hatiku luruh seluruh
Akar-akarnya terus mengamini airmatamu
Sebab tak ada lembah
Di tanah tandus diriku
Ranting-ranting ranggas rebah ke tanah
Renai hujanmu lama tak bercurah
Gersang masih menimang nyeri saban hari
Kapankah angin oktober yang kau utus berhembus di dada?
Sumenep, 2019
Cerita Hujan I
Hujan malam
Mendekap harapku
Yang kalah pada sang waktu.
Hujan malam
Melunturkan namamu
Dari lembaran buku harianku.
Ya, hujan malam.
Sumenep, 2018
Cerita Hujan II
Hujan telah turun,
Tapi mengapa sisa akar rumputku
Tak jua tumbuh di hatimu?
Sumenep, 2019
Cerita Hujan III
Ini rintik hujan
Yang menemani kesepianku
Di malam aku sendiri
Memanggil namanya
Dengan kata-kata tak terbaca
Sebab dingin adalah risalah sunyi.
Tak ada bahasa
Tak ada ucapan apa-apa
Aku dan malam
Hanya duduk berduaan
Menyambut hujan
Berebut kesunyian.
Sumenep, 2019
Cerita Hujan IV
Aku suka hujan yang tak reda
Pada perjalanan suatu ketika
Kau berteduh di kiri jalan
Aku memilih di sebrang kanan
Agar mata leluasa
Memandangimu dari depan.
Sumenep, 2019