Kreativitas

“Kecamuk Kota” Ekspresi Kritis Rudi Santoso Terhadap Kehidupan Kota

NUSANTARANEWS.CO – Menjalani kehidupan sebagai mahasiswa bukanlah hal yang mudah. Title-nya sebagai Agent of change dan Agent social of control menjadi beban tersendiri bagi mahasiswa. Maka, untuk menjadi mahasiswa yang sesungguhnya dalam artian mampu berkontribusi membangun bangsa, ia harus mampu memiliki karya.

Begitulah yang dilakukan oleh Rudi Santoso. Mahasiswa semester 8 Program Studi Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora dalam mengekspresikan perannya sebagai mahasiswa. Sebagai Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga, ia mengganggap bahwa kegelisahan-kegelisahannya terhadap hiruk pikuknya kehidupan kota harus ia tuangkan menjadi karya.

Maka sejak tahun lalu (2015) ia memilih menjadi seorang sastrawan dengan genre puisi. Biasanya ia menuliskan beberapa kegelisahannya mengenai arus modernisasi yang menjerat masyarakat. Ia memandang bahwa kehidupan kota sejatinya hanyalah sebagai jeratan bagi masyarakat kelas bawah. Seperti yang dikatakan oleh Karl Marx bahwa kaum Bourjuis akan menguasai segalanya. Begitulah gambaran kehidupan di perkotaan.

“Karya ini saya tulis sebagai bagaian dari kritik sosial saya terhadap kehidupan masyarakat perkotaan,” Jelas Rudi. Menurutnya masyarakat kota cenderung abai dan merasa dirinya sudah merdeka. Padahal sesungguhnya kehidupan masyarakat kota justru penuh dengan berbagai masalah yang ada, antara lain: kesenjangan sosial, ekonomi, kemiskinan, serta masalah mengenai penegakan hukum dan HAM.

Baca Juga:  Sekjen PERATIN Apresiasi RKFZ Koleksi Beragam Budaya Nusantara

Mahasiswa kelahiran Sumenep, Madura ini sengaja mengirimkan karya pusinya ke beberapa media Nasional. Puisi yang terbit di berbagai media cetak maupun Online terhitung sejak Oktober 2015 hingga sekarang dibuatnya menjadi sebuah buku terbitan Halaman Indonesia berjudul “Kecamuk Kota” berjumlah 97 Halaman.

“Saya mengumpulkan puisi-puisi untuk dijadikan sebagai antologi tunggal. Memiliki buku adalah cita-cita pertama saya sejak aktif di teater Pondok Pesantren Banyuanyar Pamekasan,” imbuhnya.

Terbit bertepatan dengan Hari Sumpah Pemuda, Rudi Santoso mengatakan bahwa nantinya akan ada bedah karya dari tulisannya. Apalagi puisi-puisinya ini memiliki pesan tersendiri di dalamnya terutama pesan politik menjadi bagian dari pesan yang ingin ia sampaikan kepada pemuda untuk menyadari arus globalisasi yang terjadi. (tri*)

*Tri Muryani, Mahasiswa Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Humaniora, Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Related Posts

1 of 4