KARNAVAL RINDU
Kalender tua ini seakan ingin banyak cerita
Pada daun dan batu dalam keriput waktu
Tapi gerimis telah mengucapkan segalanya
Ketika hujan hanya tinggal derai di kelopak mata
Waktu bergegas dengan cemas mengejar arah cinta mencari makna
Tahun-tahun terus berlalu dan beku di masa lalu
Hanya karnaval rindu yang tak henti merayakan masa depan dalam dekapan doa-doa Ibu
Usai sudah luka ini
Usai sudah duka lara
Sebab karnaval rindu telah mengalir dalam nadi dan detak jantungmu
Mengibarkan kembang api di cakrawala
Di penghujung tahun ini hanya ada embun dan hening pada keningku
Hanya ada cinta dan doa pada sisa-sisa nafasku
Bukalah pintu kalbuku
Mawar kemesraan akan menyambutmu
Sebab kisah resah di masa lalu telah kukafani seorang diri
Kukubur dan kutabur dengan wangi dan putih melati
Gus Nas Jogja, Akhir Desember 2018
MENANTI JANUARI
Menanti Januari dengan seikat rindu
Senja terakhir bulan Desember ini kukirimkan doa untukmu
Berharap ada bianglala pada sisa langkahku
Kaki langit kudaki dengan tarian rindu
Adakah suara orkestra akan bergema di sana?
Ujung Desember ini selalu mencuri perhatianku
Ketika kucari ribuan kata di kedalaman samudera
Selalu saja ada yang hilang saat sunyi menghadang
Menanti Januari sudah menjadi takdirku
Sebab cinta pertama telah sirna ditelan senja
Gus Nas Jogja, Penghujung Desember 2018
HM Nasruddin Anshoriy Ch atau biasa dipanggil Gus Nas mulai menulis puisi sejak masih SMP pada tahun 1979. Tahun 1983, puisinya yang mengritik Orde Baru sempat membuat heboh Indonesia dan melibatkan Emha Ainun Nadjib, HB. Jassin, Mochtar Lubis, WS. Rendra dan Sapardi Djoko Damono menulis komentarnya di berbagai koran nasional.
Baca juga: Ibu Kita Syahrini – Puisi HM Nasruddin Anshoriy Ch
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]