NUSANTARANEWS.CO – Kota megapolitan seperti Jakarta harus segera memperbaiki sistem transportasi massal. Jakarta sebagai ibukota negara mendapat perhatian khusus dari pemerintah pusat yang memiliki ragam jenis transportasi publik. Jika tidak ditata dengan baik tentu ini akan berdampak langsung kepada psikologis masyarakat.
Merujuk data dari Forum Informasi dan Kajian Statistik 2016, Jakarta kebanjiran 1.130 unit kendaraan “baru” per-hari yang terdiri atas 240 mobil dan 890 sepeda motor.
“Tata kota dan sistem transportasi yang buruk menjadi faktor penekan yang membuat warga rentan stress. Karena itu, memperbaiki tata kota dan transportasi dan transportasi merupakan kunci mencegah stress warga,” ujar peneliti tata kota dari Universitas Trisakti, Nirwono Joga di Synthesis Square, kawasan Gatot Subroto, Jakarta, Rabu (20/10).
Menurut Nirwono, selain stress, yang dapat menimbulkan berbagai masalah sosial masalah yang tak kunjung selesai di Jakarta adalah kemacetan.
“Jika pemerintah tidak mengatasi melimpahnya kendaraan pribadi ini tentu kemacetan total di Jakarta tinggal menunggu waktu saja. Nah transportasi massal adalah salah satu solusi untuk itu,” kata Nirwono.
Untuk diketahui, wilayah Jabodetabek memiliki 9 sistem transportasi massal dari light rail transit (LRT) yang dikembangkan Pemprov DKI Jakarta, LRT Kementerian Perhubungan, LRT Jababeka, Mass Rapid Transit (MRT), kereta api bandar, kereta cepat, Automatic People Mover System (APMS), Commuter Line, hingga Bus Rapid Transit (BRT/Busway).
Karena itu, salah satu pengusaha properti Julius Warouw yang merupakan Managing Director Synthesis Square, mendukung pengembangan sistem transportasi massal di Jabodetabek dapat membaik. Karena dinilai nya dapat menaikan harga properti di kawasan tersebut.
“Hal ini tentunya akan menguntungkan bagi pembeli properti yang berencana menyewakan atau menjual kembali propertinya,” ujarnya. (Andika)