NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Analis Pertahanan dan Alutsista TNI, Jagarin Pane menilai, Maret 2019 lalu berbagai inventori alutsista yang dimiliki TNI diuji dalam serial simulasi. Menurutnya, hala tersebut bagian dari optimalisasi penggunaan karena alutsista yang baru dimiliki memang harus dianalisis dan diuji terus menerus keandalan teknologinya.
Beberapa waktu lalu, kata dia, artileri swa gerak M109 A4 yang baru dibeli dan Caesar Nexter kembali unjuk diri kemudian diikuti dengan MLRS Astross II. “Ini adalah jenis alutsista canggih milik Yon Armed TNI AD ini baru dimiliki, jadi harus sering-sering diujilatih agar menjadi familiar dalam penggunaannya. Demikian juga dengan helikopter serbu Apache yang berjumlah 8 unit memerlukan kuantitas dan kualitas pelatihan yang harus dikuasai oleh para awaknya,” tulisnya di situs pribadinya.
Jagarin mengungkap, Armada Satu TNI AL yang medan tugasnya mengawal Selat Sunda, Selat Malaka sampai Natuna melaksanakan kegiatan gugus tempur laut di Laut Jawa. Ada kapal perang baru yang dilibatkan yaitu KRI Semarang 594 dari jenis LPD bersinergi dengan KRI Bung Tomo 357 dan beberapa Kapal Cepat Rudal yang lain. Latihan sepanjang Laut Jawa ini berakhir di Banten dan dikunjungi Panglima TNI.
“Ketika belasan KRI Armada Satu melaksanakan latihan tempur, kesiagaan menjaga teritori tetap tinggi, buktinya KRI Teuku Umar 385 dan Kri Tarakan 905 berhasil menangkap 4 kapal nelayan Vietnam di Natuna. Sejumlah jet tempur Hawk bersiaga di Natuna dan juga 1 flight Sukhoi mengawal Tarakan adalah dalam rangka mengawal perbatasan teritori udara negeri ini,” katanya.
“Armada Dua TNI AL melaksanakan simulasi pertempuran bersama TNI AU, jadi modelnya adalah interoperablity antar matra. TNI AL mengerahkan light fregat terbaru KRI I Gusti Ngurah Rai 332 dan beberapa KRI Striking Force lainnya, sedangkan TNI AU mengerahkan 4 jet tempur Sukhoi. Medan latihannya adalah Selat Makassar sampai Ambalat. Latihan antar matra ini adalah bagian dari antisipasi model pertempuran masa depan yang dikenal dengan Network Centric Warfare,” imbuhnya.
Jagarin menjelaskan, skadron yang berdomisili di Iswahyudi juga bareng-bareng latihan tempur malam hari. 1 flight Jet tempur F16 dan T50 selama seminggu melaksanakan pengeboman pada malam hari di area latihan AWR Lumajang. Sementara Di Iswahyudi AFB saat ini ada kesibukan tersendiri yaitu sedang dilakukan upgrade jet tempur 10 F16 blok 15 secara bertahap dan pembangunan infrastruktur untuk 11 jet tempur Sukhoi SU35.
Di wilayah timur TNI AL, lanjutnya, mengerahkan kekuatan pukulnya dengan menghadirkan KRI Yos Sudarso 353 dan sejumlah KRI combatan untuk patroli gugus tempur laut. Armada Tiga TNI AL yang baru dibentuk berpusat di Sorong Papua. Karakter laut dalam yang dimiliki kawasan timur Indonesia mengharuskan kehadiran kapal perang minimal setingkat korvet. Misalnya Diponegoro Class yang berjumlah 4 unit di BKO kan secara bergantian.
“Dengan dikembangkannya gelar armada menjadi tiga maka isian KRI striking force harus dipenuhi. Dari sisi ancaman maka kekuatan Armada Satu dan Armada Dua merupakan prioritas karena ada potensi konflik di Natuna dan Ambalat. Jadi kehadiran sejumlah KRI harus lebih sering di wilayah itu,” jelas Jagarin.
Sementara kehadiran KRI di Armada Tiga dan bermarkas di Sorong, kata dia lagi, akan memperpendek rentang kendali dan efektivitas operasional. “Tidak lagi harus ke Surabaya sebagai pangkalan induk. Sambil menunggu pembangunan kapal perang baru isian KRI dari inventori yang tersedia seperti Ahmad Yani Class,” ujarnya.
Lebih lanjut Jagarin menyampaikan, berbagai jenis alutsista yang baru dimiliki itu bukan untuk dielus-elus lalu dipamerkan dalam parade hari ulang tahun. Lebih dari itu, harus lebih sering diuji, dianalisis, dievaluasi untuk bisa menampilkan unjuk kerja optimal dan agar awak yang mengoperasikannya menjadi familiar dan tidak gaptek.
Dijelaskan Jagara, simulasi pertempuran adalah bagian dari kesenyawaan prajurit dan alutsista yang harus terus menerus diasah. Pamer latihan juga perlu dipublikasikan karena ini bagian dari psywar untuk menunjukkan kekuatan militer kita. Cina berani pamer latihan tempur besar-besaran di Laut Cina Selatan, padahal itu wilayah konflik. “Jelas tujuannya untuk unjuk kekuatan dan kehebatan militernya,” tegasnya.
“Kita juga pernah latihan militer skala besar di Natuna, pamer kekuatan. Kita juga pernah latihan militer skala besar di Ambalat, pamer kekuatan. Jadi negera itu perlu pamer kekuatan militer melalui latihan tempur disamping juga pamer kekuatan ekonominya. Dua hal yang kita miliki itu, kekuatan ekonomi dan kekuatan militer seiring sejalan menuju kekuatan yang diperhitungkan,” tandasnya. (mys/nn)
Editor: Achmad S.