Politik

Ini Alasan Prof Din Syamsuddin Tolak Ahok

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Prof. Dr. M. Din Syamsuddin memiliki alasan tersendiri mengapa dirinya secara terbuka tidak mendukung calon gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) dalam Pilgub DKI. Bukan karena Ahok berbeda agama. Bukan pula karena ia beretnis Tionghoa. Dirinya juga menegaskan tidak mendukung dua diantara kandidat.

“Saya menolak Ahok bukan karena dia Kristiani atau Tionghoa, bukan pula karena saya mendukung salah satu dari dua pasangan calon lain. Kerukunan antar agama dan antar suku/ras tengah kita rajut, tapi Ahok merusaknya,” beber Mantan Ketua Umum PP Muhammadyah, Kamis (30/3/2017).

“Saya menolaknya adalah karena hati nurani saya meyakinkan bahwa dia bukan pemimpin yang cocok bagi masyarakat Jakarta apalagi Indonesia. Kiprahnya selama memimpin DKI Jakarta tidak sepi dari kelemahan-kelemahan mendasar. Dia sangat patut diduga melakukan korupsi dalam kasus RS Sumber Waras dan Reklamasi Pulau-pulau di Teluk Jakarta,” sambung pria yang baru-baru ini mendapat gelar Doktor Honoris Causa bidang Islamic Sciences dari Universitas Fatoni, Thailand.

Baca Juga:  Punya Modal Kuat, Cagub Luluk Optimis Menang di Pilgub Jatim

Soal kasus sumber waras, Din Syamsudin menyayangkan KPK tidak berdaya menyeret Ahok seperti menyeret para tersangka lain penerima suap dalam jumlah kecil sekalipun. Dirinya juga tak menampik akan adanya kekuatan besar yang membela di belakangnya.

“Begitu pula rasio saya menyimpulkan dia bukanlah pemimpin mumpuni, apalagi bekerja untuk rakyat kecil. Dia lebih bekerja untuk para pengusaha besar (Reklamasi Teluk Jakarta untuk siapa?)” kata dia.

Sementara, prestasi Ahok memimpin Jakarta, menurut Din Syamsudin selama ini lebih karena opini yang dibangun oleh media-media pendukungnya yang tidak menampilkan keburukan-keburukannya. “Apa yang dianggap sebagai keberhasilan Ahok sesungguhnya sudah dimulai sejak masa Gubernur Joko Widodo, bahkan Gubernur Fauzi Wibowo dan Sutiyoso,” terangnya.

Selain itu, debut Ahok yang gemar loncat-loncat dari partai satu ke partai lain menunjukkan ambisi kekuasaan sangat oportunistik. Bahwa dia melupakan partai atau orang yang berjasa mendukungnya juga merupakan perilaku tidak etis dari seorang pemimpin.

Baca Juga:  Kemenangan Pilgub Di Depan Mata, Relawan Gen Z Jawa Timur Ajak Kawal Suara Khofifah-Emil di TPS

“Bagi saya, Ahok adalah problem maker, bukan problem solver. Takdir Allah yang memelesetkannya dengan ujaran kebencian di Pulau Seribu yang kemudian mendorong reaksi besar adalah tanda bahwa Kekuasaan dan Keadilan Ilahi sedang menempuh jalannya,” pungkasnya.  (emka)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 93