Immanuel
Sebelum bintang penuntun orang Majus dari Timur itu tiba
kubelah diri dengan bayangan runcing cahaya yang lembut
mengusir desir darah lebam yang lama dicelup dosa
menjewer urat yang dilumur lumpur hitam
menguras hati besar hingga menjadi hati kecilyang
menawarkan kepolosan kasih
Jika bintang sudah tiba
alamatkan riak-riaknya yang khusyuk dalam dada
biar semua yang tersembunyi dalam hati mati
tiada rahasia yang bisa kita sembunyi dari-Nya
sekecil apa pun tetap tak bisa
laksana muara yang merindukan kesunyian gurun pasir
sia-sia
Tatkala bintang itu bertengger di atas Betlehem
kusiapkan senyum termanis sebagai kado terindah untuk-Nya
Aku yakin aku kalah dalam kualifikasi senyum di antara manusia lain
terlalu berat darahku melangkah
untuk mengimbangi detik dan Almasih yang dinanti
Aku memilih sendiri dan mengurung diri dalam tempurung
kunyalakan api membiarkan bara merebah diri semaunya
membuat dupa bersama secarik kertas putih dan pena kuno para Nabi
kutumpahkan lautan tinta dari tubuhnya
terus mengalir bersama nafasku yang sunyi
biar udara tahu
dunia sedang bernubuat tentang kelahiran seorang Raja
Dengan keajaiban puisi kupastikan masa ini pulang dan berdiam laju di jaman kelahiran Mesias, bersama ketiga orang Majus itu, aku ingin menuju ke Betlehem
Mereka membawa emas, kemenyan dan mur
aku hanya memberikan senyum dan secarik kertas yang dibalut lautan tinta itu
Ketiga raja dari Timur itu mendekat dan mempersembahkan kado-kado itu
aku ingin berhenti di pintu masuk
dengan sedekah perekat dalam saku jaket kudiamkan secarik kertas itu
dan membiarkan diri lapuk
menyisakan lukisan indah di depan kandang sederhana itu
“Immanuel: Tuhan Beserta Kita”
Tedy Ndarung, lahir pada tanggal 27 september 1996, di Lambur-Manggarai Barat-NTT.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi karya baik berupa puisi, cerpen, dan esai dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].