NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Aktivis 98 Haris Rusli Motti menitipkan pesan mengejutkan buat Presiden Republik Indonesia Joko Widodo tentang negara Indonesia ke depan. Pesan tersebut dititipkan melalui pengamat Politik Bone Hargen yang sama-sama menjadi narasumber di acara diskusi publik bulanan nusantaranews.co bertajuk “Membedah Agenda Politik Komunisme dan Khilafah di Pilpres 2019“, Sabtu (13/10/2018).
“Kalau begini terus mengelola negara pak Boni (Boni Hargens)–tolong sampaikan kepada Pak Joko Widodo itu– Saya tidak mendahului, tapi negara ini bisa bubar. Dan saya tidak mau terlibat menjadi orang yang ikut membubarkan negara ini,” pesan Haris di Bumbu Desa, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat.
Baca Juga:
- Menguji Kebenaran Agenda Politik Komunisme dan Khilafah di Pilpres 2019
- Diskusi Publik 13 Oktober: Menelisik Agenda Politik Komunisme dan Khilafah di Pilpres 2019
- Jokowi Terus Dibayangi Isu Komunisme dalam Pemberitaan di Media Cetak
Haris menyatakan demikian, karena baginya adu domba yang dialami rakyat Indonesia di usia reformasi yang ke-20 ini semakin parah. Adu domba yang paling nyata, sejalan dengan tema diskusi, ialah seputar isu ideologi komunisme di satu pihak dan isu khilafah di pihak lain.
Menurut Haris, fenomena kebangsaan tersebut bukanlah dosa warisan dari para pendiri bangsa melainkan disebabkan oleh penerus bangsa, khususnya para penggerak reformasi hingga sekarang yang turut menjalankan roda pemerintahan.
“Karena itu kalau kita mau mengakhiri pertikaian ideologis seperti ini, saya berkali-kali menyampaikan di forum-forum, cobalah kita koreksi sistem di era reformasi seperti sekarang. Dimana hanya menjadi biang keladi dari beragam macam masalah kebangsaan,” kata Haris.
Tidak ada di negara mana pun, lanjut dia, pemerintah mengadu-domba rakyatnya, yang ada hanya di Indonesia. Malaysia, Singapura tidak ada pemerintah yang mengadu-domba rakyatnya.
“Hal tersebut terus menerus kita rawat proses adu domba antara sesama anak bangsa ini. Jadi, supaya ke depan ini lebih memberi harapan bagi kehidupan bangsa dan negara ini, sekali lagi saya tekankan kembalilah ke UUD 1945. Lalu kita adendum secara waras dan rasional,” hematnya.
Namun demikian, Haris menyatakan bahwa, tidak ada yang salah dari para pendiri bangsa Indonesia. “Kita ini yang sok pintar. Sekolah di Amerika, sekolah di Eropa, setelah pulang merasa menjadi yang paling pintar. 20 tahun reformasi Indonesia bisa bubar malah. Inilah karya kita,” ujarnya.
Simak:
- Membuka Ruang Cela Khilafah HTI
- Menakar Polemik Gagasan Khilafah
- Rais Aam PBNU Pertegas Republik Indonesia Tanpa Sistem Khilafah
Karena itu, ia berharap kepada semua pihak untuk kembali ke akar masing-masing.
“Kepada seluruh prajurit TNI kembalilah kepada sumpah prajurit dan sapta marga. Kepada insan intelejen kita kembalila kepada sumber intelejen negara. Dan kepada pemuda Indonesia, kembalilah kepada Sumpah Pemuda, kembalilah pada pancasila, kembalilah kepada diri kita sendiri,” harapnya.
“Bukanlah pancasila itu adalah aku. Aku berketuhanan Yang Maha Esa, tiba-tiba aku menuhankan duit setiap menyogok orang (pakai duit). Aku Persatuan Indonesia. Tetapi dalam politik kenegaraan hari ini kita saksikan itu membenturkan dan mengadu-domba terus menerus antar umat beragama, antara yang ini dengan yang itu,” tegas Haris menambahkan.
Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.