NUSANTARANEWS.CO, Washington – Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump membuat kekhawatiran baru terkait situasi dan kondisi di kawasan Asia Pasifik.
Dilansir Express, Trump mengungkapkan bahwa AS akan menjual peralatan militer sangat canggih kepada Jepang dan Korea Selatan untuk menginvasi Korea Utara (Korut). Trum menilai, sanksi PBB dan China telah gagal dalam mengambil sikap tegas terhadap rezim Kim Jong-un yang terus-menerus melakukan aksi provokatif dengan meluncurkan senjata rudal mereka meski hanya dalam bentuk uji coba.
“Korsel sudah paham, seperti yang telah saya ketakan kepada mereka bahwa melakukan pembicaraan baik-baik dengan Korea Utara tidak akan berhasil, mereka hanya mengerti satu hal. Saya akan bertemu dengan Jenderal Kelly, Jenderal Mattis dan pemimpin militer lainnya di Gedung Putih untuk membahas Korea Utara!” kata Trump dalam akun Twitternya seperti dikutip redaksi, Rabu (6/9).
I am allowing Japan & South Korea to buy a substantially increased amount of highly sophisticated military equipment from the United States.
— Donald J. Trump (@realDonaldTrump) September 5, 2017
Kata Trump, AS sedang mempertimbangkan pilihan lain untuk menghentikan perdagangan dengan negara manapun yang terlibat aktifitas bisnis dengan Korea Utara. Dengan kata lain, AS mendesak China agar terlibat aktif mengontrol Korea Utara supaya menghentikan provokasi-provokasinya yang terus dilakukan dalam setahun terakhir.
“Saya mengizinkan Jepang dan Korea Selatan untuk membeli sejumlah peralatan militer yang sangat canggih dari Amerika Serikat,” kata Trump.
Pernyataan Trump ini menimbulkan kekhawatiran bakal pecahnya Perang Dunia Ketiga. Kali ini, Jepang dan Korea Selatan yang akan berada di garda terdepan apabila nanti perang benar-benar meletus.
“Langkah-langkah pertahanan diri yang baru-baru ini diperlihatkan oleh negara saya, DPRK adalah paket hadiah yang memang dutujukan kepada AS. AS akan menerima lebih banyak paket hadiah dari negara saya. Provokasi tanpa rasa takut adalah usaha sia-sia belaka untuk menekan DPRK,” kata Dubes DPRK Han Tae Song kepada PBB di Jenewa.
Situasi kawasan mulai memanas setelah Korea Utara melakukan uji coba bom hidrogen pada Ahad (3/9) lalu. Setelah itu, Korea Selatan langsung menggelar latihan angkatan lautnya dalam sebuah simulasi yang sangat provokatif. Korea Selatan ingin menunjukkan kesiapannya untuk melakukan aksi pembalasan terhadap agresi Korea Utara.
Apalagi Presiden Korea Selatan, Moon Jae-in sudah terang-terangan mengatakan bahwa saat ini bukan saatnya lagi untuk perundingan damai dengan Korea Utara. Sebetulnya, Moon mencoba untuk mengajukan dialog dengan Pyongyang pada tahun 2017 ini, tapi niat itu berubah seketika setelah Kim Jong-un melakukan uji coba nuklir terakhir mereka yang dikenal bom hidrogen.
Militer AS juga dilaporkan telah meningkatkan kesiapannya. Mereka telah merilis rekaman latihan pasukan AS yang tampak sudah siap menghadapi kemungkinan konflik militer dengan Korea Utara. Dan administrasi Gedung Putih telah memastikan pasukan militernya siap tempur setelah Trump menolak untuk mengesampingkan kemungkinan tindakan militer sebagai metode untuk mengakhiri krisis Korea Utara.
Eropa juga mulai panas. Menteri Pertahanan Perancis Florence Parly menyebutkan bahwa Korea Utara dapat mengembangkan rudal balistik yang mampu mencapau Eropa, bahkan lebih cepat dari yang diperkirakan.
“Skenario eskalasi terhadap konflik besar tidak dapat diabaikan. Eropa berisiko berada dalam jangkauan rudal (Korea Utara) Presiden Kim Jong Un, lebih cepat dari perkiraan,” ujarnya.
Namun, di akhir twitnya Trump mengatakan, “Jangan salah, kami menempatkan kepentingan Amerika (America First) sebagai yang utama. Pria dan wanita yang terlupakan tidak akan pernah lagi dilupakan,” katanya. (ed)
(Editor: Eriec Dieda)