NUSANTARANEWS.CO – Guru Jewer Siswa, Keluarga Dipastikan Bermasalah. Wakil Ketua Komisi X DPR RI Fikri Faqih ikut angkat suara soal kasus pencubitan siswa SMP di Sidoarjo oleh guru sekolah. Dia berharap penyelesaian kasus tersebut lebih mengedepankan musyawarah dibandingkan melalui jalur hukum.
Fikri berpendapat, institusi sekolah merupakan representasi institusi keluarga dalam bentuk lain yang menjunjung tinggi prinsip-prinsip demokrasi (dialog). “Keluarga dan Sekolah menjadi satu kesatuan utuh, sehingga nilai-nilai prinsip, seperti musyawarah, harus dijunjung tinggi,” jelas Fikri di sela-sela kunjungan kerja ke dapilnya di Brebes, Sabtu (2/7).
Diketahui, Samhudi (45), seorang guru SMP Raden Rahmat di Sidoarjo, dilaporkan ke Polsek Balangbendo dan diajukan ke pengadilan oleh orang tua siswa karena dinilai telah melakukan kekerasan terhadap anaknya berinisial SS beberapa waktu belakangan ini. Menurut informasi, Samhudi melakukan hal itu sebab SS tidak melakukan kegiatan Sholat Dhuha yang menjadi kebijakan sekolah tersebut dalam rangka peningkatan iman dan takwa.
Fikri menyayangkan tindakan orang tua SS yang gegabah. Seharusnya, melaporkan ke pihak berwajib menjadi jalan terakhir jika musyawarah buntu. “Jadi, dialog di Meja Coklat lebih baik daripada di Meja Hijau. Jika ternyata guru tersebut melanggar kode etik, tentu mendapatkan pembinaan dari pihak sekolah. Bukan dari pengadilan atau penghakiman publik,” kata Fikri.
Politikus PKS ini berharap persoalan ini segera diselesaikan, baik dari pihak sekolah, komite, maupun orang tua siswa. Sebab, jika terus dibiarkan berlarut-larut akan menimbulkan polemik terhadap guru-guru lainnya di daerah.
“Mendidik memang tidak harus dengan cara fisik. Tapi, jika harus terjadi perlakuan fisik di sekolah, berarti ada masalah di keluarganya dalam hal mendidik. Jadi, sekolah dan keluarga harus sama-sama introspeksi dan menahan diri. Karena kita sedang menyiapkan generasi terbaik, dan itu dimulai dengan cara sinergis antara sekolah dan keluarga,” tutup Fikri. (Achmad)