Khazanah

Tradisi Maleman di Keraton Kasepuhan Cirebon Sambut Lailatul Qodr

Keraton Kasepuhan, Cirebon - Sultan Sepuh XIV, Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat /Foto Nusantaranews
Keraton Kasepuhan, Cirebon – Sultan Sepuh XIV, Pangeran Raja Adipati Arief Natadiningrat /Foto Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO – Tradisi Maleman di Keraton Kasepuhan Cirebon Sambut Lailatul Qodr. Keraton Kasepuhan Cirebon menggelar tradisi  maleman untu menyambut datangnya lailatul qodr. Tradisi ini digelar setiap malam ganjil pada 10 hari terakhir bulan Ramadhan.

“Dalam hajat maleman kami dari keraton mengirim minyak kelapa, lilin dan ukup ke Astana Gunung Jati atau komplek makam Sunan Gunung Jati,” kata Sultan Keraton Kasepuhan, Sultan Sepuh XIV Pangeran Raja Adipati (PRA) Arief Natadiningrat.

Tradisi maleman telah turun temurun diselenggarakan Keraton Kasepuhan. Menurut Arief, lilin dan minyak kelapa itu dinyalakan dengan kapas atau yang kerap disebut delepak, turut dibakar pula ukup sebagai pengharum ruangan.

“Tradisi itu dimulai pada malam ke-21 di makam Sunan Gunung Jati, dari atas sampai dengan bawah makam Sultan Sepuh XIII, juga di Keraton Kasepuhan Cirebon diberikan

minyak, lilin dan ukup,” terang dia.

Sebelum upacara digelar, para ibu-ibu keraton dengan dipimpin Raden Ayu Syarifah Isye Natadiningrat (istri sultan) membuat saji ukup lilin dan delepak untuk dikirim ke

Astana Gunung Jati. Seluruh saji itu kemudian dibawa dari Keraton Kasepuhan ke Astana Gunung Jati oleh lima kraman Astana Gunung Jati yang membawa tombak, kotak,

payung dan gerbong.

Menurutnya, tradisi maleman ini merupakan salah satu dakwah sejak zaman Sunan Gunung Jati yang mengandung makna filosofis, umat Islam untuk terjaga dari tidur dan

lebih banyak berdoa, berzikir, membaca Al-Quran, salat sunah dan ibadah lainnya. (Achmad)

Related Posts

1 of 6