MancanegaraOpini

Gotabaya Rajapaksa Penjahat Perang Calon Kuat Presiden Srilangka

Gotabaya Penjahat Perang Yang Menjadi Calon Kuat Presiden Srilangka
Gotabaya Rajapaksa Penjahat Perang Yang Menjadi Calon Kuat Presiden Srilangka/Foto: BBC

NUSANTARANEWS.COGotabaya Rajapaksa penjahat perang calon kuat Presiden Srilangka. Pelabuhan Hambantota yang dikenal juga sebagai Pelabuhan Magampura Mahinda Rajapaksa di Srilangka adalah pelabuhan terbesar di Sri Lanka, setelah Pelabuhan Kolombo. Bahkan diklaim sebagai pelabuhan terbesar yang dibangun di daratan pada abad 21. Pembangunan tahap pertama proyek ini sebesar US$ 361 juta yang 85 persennya didanai oleh Bank EXIM Cina pada tahun 2008.

Hambantota adalah pelabuhan yang sangat strategis karena posisinya berada di lintasan jalur pelayaran dunia yang dilewati oleh puluhan ribu kapal tiap tahunnya. Namun karena terus mengalami kerugian, membuat pembayaran utang menjadi sulit, sehingga akhirnya pada tahun 2016 pelabuhan disewakan dalam bentuk konversi hutang ke perusahaan induk Cina (CMPort), yang akan menginvestasikan US$ 1,12 miliar untuk menghidupkan kembali pelabuhan tersebut.

Pada akhir tahun 2017 Srilangka menyerah dan harus merelakan pelabuhan dan 15.000 hektar tanah di sekitar pelabuhan kepada Cina karena tidak mampu membayar utangnya. Berdasarkan kesepakatan, Cina akan menguasai wilayah yang memiliki nilai strategis secara ekonomi dan militer itu selama 99 tahun.

Baca Juga:  Terkait Kriminalisasi Wartawan Rosmely, Ini Catatan Saya untuk Kapolri

Di tengah skeptisisme dunia internasional terhadap Inisiatif Belt and Road Cina, perkembangan politik di Srilangka justru menjadi kabar baik bagi Beijing, karena keluarga Rajapaksa berpotensi untuk kembali berkuasa. Tetapi berita ini menjadi kabar buruk bagi hampir semua orang.

Pemilihan presiden Sri Lanka bulan depan diperkirakan akan memunculkan anggota keluarga Rajapaksa lainnya untuk berkuasa. Nah, menjadi kabar buruk karena rekam jejak korupsi dan kekerasan yang mengikutinya sudah dikenal luas

Gotabaya sebelumnya telah terkenal sebagai kepala pertahanan Srilangka di bawah kakak laki-lakinya Mahinda Rajapaksa. Selama satu dekade pemerintahan Mahinda (2005-2015) nepotisme merajalela yang dikendalikan oleh empat saudara laki-laki Rajapaksa dalam pemerintahan. Mahinda menciptakan “kediktatoran” dalam selimut di Srilangka.

Menjadi kabar baik bagi Beijing karena kebijakan luar negeri Srilangka di bawah Mahinda adalah pro-Cina. Dengan peluang kembalinya keluarga Rajapaksa berkuasa tentu sangat menggembirakan Beijing. Seperti diketahui, utang yang timbul selama kepresidenan Rajapaksa lah yang akhirnya memaksa Sirisena pada tahun 2017 untuk menyewakan Hambantota, bersama dengan 15.000 hektar tanah di dekatnya selama 99 tahun kepada Cina.

Baca Juga:  Skenario Terbaik yang Bisa Diharapkan Indonesia dari Presiden Prabowo

Sirisena yang dikenal sebagai Maithripala Sirisena adalah seorang politikus Sri Lanka yang saat ini menjabat sebagai Presiden Sri Lanka. Sirisena menggantikan Mahinda Rajapaksa setelah memenangkan pemilu 2015 secara mengejutkan.

Dengan pencalonan Gotabaya dalam pemilu bulan depan, atmosfir nepotisme dan kediktatoran kembali menyelimuti Srilangka. Hanya dengan menjadi presiden, Gotabaya bisa mendapatkan kekebalan dari dua tuntutan hukum yang tertunda di pengadilan federal Amerika Serikat (AS) atas kejahatan perang yang diduga dilakukannya selama menjabat sebagai kepala pertahanan Sri Lanka.

Selama tahun-tahun terakhir perang, ribuan orang warga sipil Tamil hingga lawan politik keluarga Rajapaksa menghilang. Serangan militer terakhir terhadap gerakan Macan Tamil telah menewaskan 40.000 warga sipil. Menurut komandan militer masa perang, Sarath Fonseka, Gotabaya telah memerintahkan eksekusi terhadap para pemimpin Macan Tamil ketika mereka sudah menyerah.

Terlepas dari kekejaman keluarga Rajapaksa, di Srilangka, saudara-saudara Rajapaksa menjadi pahlawan bagi mayoritas penduduk Sinhala yang mayoritas beragama Budha. Rajapaksa telah menggunakan peristiwa pemboman di Srilangka untuk mengobarkan nyala api nasionalisme Sinhala. Dan Gotabaya telah berjanji kepada para pendukungnya bahwa, jika terpilih, ia akan memperkuat layanan intelijen dan memperkenalkan kembali pengawasan warga, untuk menghancurkan ekstremisme Islam.

Baca Juga:  Kekuatan dan Potensi BRICS dalam Peta Politik Global Mutakhir

Seperti telah diberitakan, ketegangan-ketegangan itu meningkat tajam pada bulan April lalu, ketika terjadi serangkaian pemboman pada hari Minggu Paskah yang menewaskan 253 orang dan melukai ratusan lainnya.

Prospek seorang penjahat perang yang diduga masih menggunakan metode-metode ekstrajudisial untuk meraih kekuasaan benar-benar menakutkan bagi kelompok-kelompok minoritas, media, dan pendukung kebebasan sipil di Srilangka.

Berita yang paling mengkhawatirkan adalah Gotayaba berencana “memulihkan hubungan” dengan Cina. Dengan kata lain, Srilangka akan kembali menjadi pusat dari strategi String of Pearls Cina yang mengepung India di sepanjang jalur pelayaran utama Samudra Hindia. Presiden Xi jinping sendiri menyebut Pelabuhan Hambantota sebagai mutiara yang sangat berharga dari proyek Belt Roadnya.

Tampilnya Gotabaya dengan janji memperkuat basis etnis dan agama tentu akan mengguncang kehidupan demokrasi di Srilangka. Sementara pemulihan hubungan dengan Cina tentu akan memberikan keuntungan strategis bagi Cina di Indo-Pasifik. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,050