Oleh: Rusdianto Samawa, Global Base Review (GBR)
NUSANTARANEWS.CO – Tulisan ini akan mengulas sebagian pengalaman saya dan mengupas juga soal agenda-agenda Ciina di Indonesia. Mengapa penting? anggap saja pertukaran ide dan pengalaman melanglang buana ke negeri tirai bambu itu. Lagi pula, tulisan ini sebagai jawaban yang saya tujukan kepada pemerintah atas kriminalisasi (dilaporkan kepada bareskrim siber polri) terhadap diri saya, karena pidato Keynote Speaker di acara Himapikani (Himpunan Mahasiswa Perikanan Indonesia) di Universitas Muhammadiyah Malang pada tanggal 26 Mei 2017 lalu.
Saya berangkat ke Cina sekitar bulan Mei – Juni 2015, di sana mensukseskan program pertukaran pemuda Indonesia. Satu sisi, disana kita menginap dari hotel ke hotel dan antar daerah, bahkan menikmati kereta cepat Cina jurusan Fozou – Beijing. Saking takjub naik kereta itu, jauh Fozou – Beijing sekitar 2 kali pulang pergi keliling pulau Jawa. Tapi kereta itu melesat diatas railway-nya menempuh perjalanan kurang lebih 4 jam. Luar biasa bukan?.
Kegiatan utamanya adalah perkenalan “Pemuda Masa Depan Untuk One Belt One Road.” Para pemandu kegiatan sejak hari pertama, semua produk Cina mulai dari merk handpone, teknologi, budaya, sistem politik, panti sosial, partai komunis china, hingga mall-mall big market menjadi konten promosi setiap pemandu yang memandu perjalanan kami.
Hari terakhir, sebagai hari pamungkas, kami belajar tentang budaya, pembangunan, sosialisme dan ideologi komunisme. Bahkan, kunjungan ke kantor pusat Partai Komunis Cina. Waktu itu diterima oleh sala satu menteri Cina. Kemudian malamnya, kami menggelar acara gathering perpisahan. Masing-masing menampilkan kekayaan budaya. Kami dari Indonesia menampilkan budaya Tarian Poco-Poco, Tarian Aceh, Tarian Papua dan Sinden Jawa.
Kami menampilkan itu ala kadarnya, sepengetahuan kami, sesuai tune suara pembawanya, dan di iringin band-band lokal Cina. Menarik sekali, bagi saya pengalaman pertama. Tetapi, saya jujur tidak puas belajar ilmu komunis Cina dan Sosialisme.
Namun, perlu di ketahui bahwa Mao Zetung dengan segala doktrinnya ternyata sangat di kagumi oleh bangsa Cina. Saya dipanti asuhan pemerintah Cina, membaca buku Lenin, Stalin, Karl Marx dan Nietzei. Kesimpulan saya, setelah membaca dan bertanya secara private kepada seolang ilmuwan intelektual Cina di Universitas Teknologi Cina waktu itu, saat ghaterring malam terakhir. Beliau katakan bahwa doktrin sosialisme Cina dengan era soviet (karl marx, lenin dan lainnya) sangat berbeda. Cina menerapkan Sosialisme gaya Cina dengan unsur penggalian budaya dan pemikiran para pendiri bangsanya. Mengapa harus Sosialisme harus diterapkan melalui sistem One Belt One Road?. Jawabannya waktu itu “itulah kecerdasanya seorang pemimpin Cina waktu itu Zaman dinasti Dieng Xio Peng Fab Lie Peng menyusun strategi Cina yang bernama One Belt One Road Untuk Dunia.”
Sampai disitu saya menempatkan One Belt One Road sebagai cara untuk berkoloni oleh sebuah bangsa. Maka, ketika suatu bangsa ingin menguasai bangsa lain, maka mereka harus menguasai sektor-sektor rill dari sebuah bangsa itu.
Sejak tahun 2015 hingga sekarang, saya terus mengamati dan meneliti arah dan tujuan One Belt One Road. Gayung bersambut, ketika menemukan buku yang berjudul “China’s Private Army: Protecting the New Silk Road.” Penulisnya bernama Alessandro Arduino dengan legalitas ISBN 978-981-10-7214-7 versi cetak. Sementara legalitas hukum ISBN 978-981-10-7215-4 versi eBooks. Buku ini juga, tersedia di Perpustakaan Kongres China bernomor: 2017963548 dan menyebar cepat ke seluruh dunia melalui privasi secara personal. Diterbitkan oleh Springer Nature. Perusahaan yang terdaftar adalah Springer Nature Singapore Pte Ltd.
Banyak yang memberi masukan dan pemikiran dalam memberi penilaian tentang konsep One Belt One Road hingga keamanan yang mengancam. Pemasok informasi buku tersebut, seperti intelektual Dr Paul Cole, Prof. Li Yihai, Prof. Li Mingjiang, Raffaello, Jianming, Yaniv, Mick, Kerry, Kristen, Randy, Dexi, Jacob, Yu, James, Zhao, Joey, Andrew, Huang, Mike, dan Pat.
Inti dari buku itu berdasarkan hasil investigasi, wawancara dan lokakarya yang dilakukan oleh pemerintah Cina untuk mengagas dan mewartakan kepada dunia bahwa konsep One Belt One Road adalah bagian dari agenda privatisasi dan monopoli negara Cina yang bersifat memaksa.
Lebih jauh, buku tersebut, menjelaskan soal perlindungan Cina pada warga negaranya dan ekstradisi (ekspor) warga negaranya ke negara lain tempat investor Cina melakukan aktivitas kerja. Bagi Cina, melindungi dan menjalankan ide “One Belt One Road” dalam konteks program Jalur Sutra Baru yang dinamakan The Belt and Road Initiative (BRI) diluncurkan oleh Presiden Xi Jinping pada tahun 2013, yang dimaksudkan untuk mempromosikan pembangunan ekonomi dan pertukaran antara Cina dengan negara lain, lebih dari 60 negara. Pasca peluncuran itu, mulai dari Arab Saudi, Zimbabwe, Anggola, Tibet dan bahkan Indonesia menjadi target dalam promosi kepentingan ekonominya dengan penawaran yang sangat tinggi dan menyesuaikan melalui mekanisme kerjasama ekonomi dan infrastruktur.
Namun, The Belt and Road Initiative (BRI) sangat khawatir terhadap daya tahan ekonomi dalam negeri Cina sendiri untuk membiayai seluruh program tersebut. Tentu risikonya sangat besar karena mekanisme pasar ditempuh melalui dominasi perusahaan-perusahaan Cina yang beroperasi di luar negeri dan atau dinegara tempat berinvestasi.
Dalam konteks Indonesia, satu pengawasan ketat bagi Cina untuk tercapai harapannya, adalah 1). terciptanya kondisi keamanan yang berada pada wilayah konflik untuk permudah mengambil peran. 2). menjaga dan melindungi warga negara pekerja yang telah dipekerjakan di perusahaan untuk keselamatan. 3). The Belt and Road Initiative (BRI) membutuhkan pertimbangan keamanan di sepanjang jalur sutra maritim dan daratan yang dilaluinya. Pengalaman di beberapa negara yang telah bergantung kepada China telah mengalami penguasaan dari segala sektor apapun.
Menurut Alessandro Arduino “China’s Private Army: Protecting the New Silk Road hal. 3, bahwa masalah keamanan belum luput dari perhatian pemerintahan Cina di Beijing yang terkontrol dalam satu sistem informasi. Untuk menjalankan program tersebut agar sukses, pemerintah Cina menawarkan solusi kepada negara -negara menjalin kerjasama agar di setiap perusahaan-perusahaan internasionalnya diluar negeri untuk memberikan keamanan pribadi pada pekerja agar diberikan fasilitas, penilaian risiko khusus, asuransi dan, mungkin yang paling penting, mitigasi krisis Klansman.
Dari argumentasi Alessandro Arduino itu, tentu bagi Indonesia sangatlah rentan. Ciri-ciri agitasi dan propaganda proxy sudah lama dilakukan. Bagi Indonesia problem tenaga kerja asing menjadi biang kegaduhan negeri ini. Karena, satu sisi ada prioritas standar dan tidak standar.
Minggu ini time line media mainstream, media sosial dan pesan-pesan satir mewarnai pikiran masyarakat Indonesia. Bisa dibayangkan ditengah tesis Alessandro Arduino yang di jelaskan dalam bukunya itu menjadi kenyataan bahwa TKA – TKA itu dipersenjatai sebagai alasan untuk perlindungan diri sendiri.
Premis-premis ini sebetulnya sudah diungkapkan oleh Purn. Jenderal Gatot Nurmantyo tentang adanya penyelundupan senjata yang dilakukan oleh asing. Ini sebuah premis, belum terbukti. Namun, itu diungkap oleh seorang mantan Panglima TNI. Untuk membuktikan itu adalah tugas Tentara Nasional Indonesia dan pihak keamanan lainnya.
Hal itulah menjadi warna warni kekhawatiran rakyat Indonesia. Apalagi, dibumbui oleh informasi analisis yang tajam dan menyengat. Bahwa China sedang mencengkeram Indonesia saat ini.
Kemaren, seorang purna duta besar yang menyodorkan buku tersebut kepada saya, ia mengatakan bahwa apa yang diungkapkan oleh Prabowo Subianto tentang Novel PW. Singger itu sangat benar sekali. Karena itu analisis intelijent Amerika, Eropa dan Bush senior. Sangat benar sekali, Indonesia tinggal hitung hari, minggu, bulan dan tahun apabila pemimpinnya tidak seperti Bung Karno dan Soeharto. Indonesia bisa bubar.
Sekarang, Indonesia diharapkan pemimpin seperti Bung Karno dan Soeharto untuk selamatkan negeri ini. Katanya. Soeharto diturunkan karena kepentingan mereka untuk menguasai negara Indonesia seutuhnya, hingga amandemen UUD 1945. tambahnya.
Bahkan, ia bilang kepada saya, bahwa informasi-informasi agenda intelijent Cina yang keluar masuk negara-negara di Asia sudah dilakukan sejak tahun 1958 hingga 2000-an, mulai dari Singapore, Malaysia, dan Indonesia. Bahkan hingga saat ini dalam tataran peletakan sejarah baru bagi konsep One Belt One Road di Indonesia.
Inilah yang dimaksud upaya-upaya penguasaan Cina – AS terhadap Indonesia. Kedua negara itu, sedang pertandingkan kekuatan untuk perebutkan Indonesia. Tentu masing-masing membuat panggung. Bagi China, caranya: agenda one belt one road itu terdiri dari infrastruktur harus terintegrasi untuk mengamankan kepentingannya.
Yang menjadi dasar pemikiran bagi para intelektual, pegiat media, wartawan bahkan intelijent negara Indonesia, mereka merasa heran. Mengapa? seorang Jenderal Gatot Nurmantyo berani menantang dan mengungkapkan tentang seluruh uapaya – upaya untuk memecah belah NKRI, baik pasokan senjata maupun pergerakan intervensi negara-negara yang berkepentingan.
Itulah, semoga negara ini terlindungi dari ancaman apapun yang bisa merugikan kita semua. Mari selamatkan Indonesia.