NUSANTARANEWS.CO – Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan ingin pengelolaan Museum di KESDM Berstandar Internasional. Keinginan ini muncul saat dirinya meninjau Geopark Batur dan Museum Geopark Batur di Kintamani, Bangli, Bali dalam kunjungan kerjanya, Minggu (4/12).
Menteri Jonan menilai bahwa, Museum Geopark Batur menjadi bukti bahwa warisan Geologi yang berpadu dengan kearifan lokal (local wisdom) dan keanekagaman hayati dapat memberikan kesejahteraan bagi masyarakat.
“Terkait pengembangan Museum Geopark, saya ingin museum-museum yang ada di bawah Kementerian ESDM pengelolaanya lebih bagus. Pengelolaan dengan Standar Internasional,” harap Menteri Jonan yang waktu itu didampingi Menteri Jonan didampingi Wakil Menteri ESDM, Arcandra Tahar bersama-sama dengan rombongan SKK Migas dan Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS).
Seperti diketahui, Museum Geopark Batur yang diresmikan pada 1 April 2016 lalu, menampilkan koleksi yang merepresentasikan tiga pilar geopark, yakni keanekaragaman geologi (geodiversity), keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keanekaragaman wujud budaya (cultural diversity).
Koleksi museum ini berjumlah 350 objek dengan dimensi antara 5 centimeter (cm) sampai 250 cm dan berat maksimum 600 kilogram. Sepanjang tahun 2016, jumlah pengunjung Museum Geopark Batur telah mencapai 60.000 orang. “Ini wajah baru museum di Indonesia yang memadukan alam, kultur, flora-fauna daerah setempat dalam satu kesatuan,” jelas Kepala Badan Geologi, Ego Syahrial saat menyambut kunjungan Menteri Jonan ke museum.
Dalam kunjungannya tersebut, Menteri ESDM juga bertemu dengan 22 pengamat gunungapi yang bertugas di Gunungapi Batur dan Gunungapi di wilayah Bali, Nusa Tenggara Barat, dan Nusa Tenggara Timur. Saat berbincang dengan para pengamat gunungapi, Menteri ESDM mengatakan bahwa pengamat gunungapi merupakan garda paling depan Kementerian ESDM di daerah terpencil dan sangat rawan bencana.
“Ini pekerjaan yang paling mulia karena profesi pengamat gunungapi mampu memberikan manfaat kepada orang lain. Untuk itu, terima kasih kepada Saudara Pengamat Gunungapi atas dedikasi yang diberikan kepada Bangsa Indonesia,” pungkas Menteri Jonan.
Untuk diketahui, Geopark Batur dikukuhkan sebagai Jejaring Geopark Global (Global Geopark Network/GGN) oleh UNESCO pada bulan September 2012. Geopark Batur memiliki keunikan jika dibandingkan dengan geopark lain di Indonesia. Gunung Batur memiliki dua kaldera, di mana di dalam kaldera I terbentuk kaldera II. Kaldera Gunung Batur ini diperkirakan terbentuk akibat dua letusan besar pada 29.300 dan 20.150 tahun yang lalu. Di dalam kaldera II terdapat danau berbentuk bulan sabit, yang dikenal dengan nama Danau Batur.
Indonesia saat ini telah memiliki dua geopark yang telah masuk dalam GGN, yakni Geopark Batur dan Geopark Gunung Sewu di Jawa Tengah. Selain itu, terdapat empat Geopark Nasional, yakni Geopark Nasional Kaldera Toba di Sumatera Utara, Merangin di Jambi, Rinjani di Nusa Tenggara Barat, dan Ciletuh di Jawa Barat. Adapun Geopark Nasional Merangin telah diusulkan untuk dapat masuk dalam GGN.
Penjelasan mengenai geopark yang ada di Indonesia dapat dilihat di Museum Geopark Batur. Museum ini berfungsi sebagai “center of excellence” untuk mendukung pengayaan intelektual, konservasi warisan alam, dan Geopark Nasional di masa datang. (kiana/red-02)