Puisi Ferry Fansuri
Gatholoco dan Centini
Dalam chattingmu kau berceritakan
Betapa indah malam itu
Betapa perkasa diriku atas engkau
Kau bayangkan aku layak Rahwana
Merayu dan menculik Shinta dari tangan Rama
Puluhan pesan yang kau kirim itu
Kau jadikan aku pujangga yang memuja diriku
Melucutimu bagai Kurawa menarik Drupadi
Dihadapan mata telanjang Pandawa
Kiriman email itu menyesakkan ku
Bahwa kau ingin mengulang denganku
Apa perlu mambaca serat gatholoco
Memisahkan engkau dan dosa
“Tidak ada yang salah saat ini”
Kita hanya dua bayangan di kamar gelap
Hampa dan tiada
Setelah itu lenyap tanpa bekas
Seiring engkau kembali peraduanmu
Melantunkan gending centini untukku
Sepi, sunyi dan hening
Hanya ada satu suara
“Berapa kali kau bergumul dengannya”
Tebing Tinggi, Maret 2017
Ferry Fansuri, kelahiran Surabaya adalah travel writer, fotografer dan entreprenur lulusan Fakultas Sastra jurusan Ilmu Sejarah Universitas Airlangga (UNAIR) Surabaya. Pernah bergabung dalam teater Gapus-Unair dan ikut dalam pendirian majalah kampus Situs dan cerpen pertamanya “Roman Picisan” (2000) termuat. Puisi-puisinya masuk dalam antalogi puisi festival puisi Bangkalan 2 (2017) dan cerpen “pria dengan rasa jeruk” masuk antalogi cerpen senja perahu litera (2017). Mantan redaktur tabloid Ototrend (2001-2013) Jawa Pos Group. Sekarang menulis freelance dan tulisannya tersebar di berbagai media Nasional. Dalam waktu dekat menyiapkan buku antalogi cerpen dan puisi tunggal.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].